JAKARTA. Selama ini nama Sukhoi dikenal orang-orang sebagai pesawat tempur tangguh buatan Rusia. Tapi Sukhoi Superjet 100 bukanlah pesawat tempur, pesawat ini adalah pesawat penumpang baru buatan Sukhoi. Perusahaan pembuat pesawat dari Rusia ini mulai menjajaki pembuatan pesawat komersial sejak 2007. Juni 2007 Sukhoi Civil Aircraft Company dan Alenia Aeronautica, sebuah perusahaan dari Italia sepakat untuk membentuk joint venture untuk mengembangkan beberapa jenis pesawat komersial, salah satunya Sukhoi Superjet 100. Kedua perusahaan ini akhirnya membentuk perusahaan bernama Superjet International dengan komposisi kepemilikan saham 51% Alenia Aeronautica, dan 49% Sukhoi Holding. Superjet International bermarkas di Venesia, khususnya untuk kantor penjualan dan marketing di kawasan Eropa, Amerika Utara dan Amerika Selatan, Afrika, Jepang, dan Oceania. Selain itu Venesia juga menjadi pusat logistik untuk Sukhoi Superjet 100 dan pesawat-pesawat sejenisnya.
Pesawat ini mulai terbang pertama kali 19 Mei 2008 dan mendapatkan sertifikasi penerbangan Januari 2011 dari Interstate Aviation Committee. Setelah itu European Aviation Safety Agency memberikan sertifikasi di Februari 2012. Dalam catatan spesifikasinya, Sukhoi Superjet 100 mampu terbang dengan kecepatan maksimum Mach 0,81 dan mencapai ketinggian 40.000 feet. Pesawat ini ternyata cukup diminati maskapai-maskapai penerbangan dari berbagai negara karena biaya operasional yang murah. Pesawat yang dijual dengan harga US$ 23 juta - US$ 25 juta ini sudah dipesan dalam jumlah ratusan oleh beberapa maskapai, seperti Armavia (maskapai dari Armenia), Aeroflot (maskapai dari Rusia), Yakutia Airlines (maskapai penerbangan domestik dari Rusia), Interjet Company (maskapai dari Meksiko) dan Kartika Airlines (maskapai dari Indonesia). Setelah pertama kali pesawat ini terbang secara komersial di April 2011, Superjet sudah melakukan penerbangan 3.300 kali penerbangan. Saat ini ada 8 pesawat yang sudah dioperasikan oleh Armavia dan Aeroflot. Untuk bisa berhasil mengembangkan pesawat komersial ini, Sukhoi menggandeng Boeing sebagai konsultan untuk masalah marketing, desain dan pembuatan, sistem sertifikasi dan kualitas, dan manajemen supplier, dan after sales support. Menurut Mikhail Pogosyan Kepala United Aircraft Corporation (semacam asosiasi maskapai penerbangan Rusia) kepada Russia Today, Sukhoi Superjet 100 adalah pesawat yang cukup canggih. Memakai teknologi jet pesawat tempur atau dikenal sebagai teknologi jet generasi ke 5, pesawat ini memiliki kemampuan yang tangguh. Pesawat ini mampu memberikan peringatan awal kepada pilot untuk setiap kemungkinan darurat sehingga membuat pesawat ini tidak harus benar-benar ada dalam kondisi darurat. “Ini adalah sistem keamanan penerbangan aktif yang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki kesalahan pilot. Ini adalah inovasi unggul hasil kerjasama Central Aerohydrodynamic Institute, Sukhoi, and our German partner Liebherr,” tutur Pogosyan. Sayangnya pesawat canggih ini hilang dari radar pada saat show penerbangan di Indonesia. Padahal pesawat dengan kapasitas 98 penumpang ini rencananya akan berkeliling Asia dan mengunjungi 6 negara yaitu Kazakhstan, Pakistan, Indonesia, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Pilot Alexander Yablontsev dan kopilotnya Alexander Kochetkov akan terbang sejauh 8.375 nautical miles (15.510 km) kalau bisa menyelesaikan tur penerbangannya ini. Supplier Pesawat Sukhoi Superjet 100
Avionics | Thales |
Control systems | Liebherr |
Environmental control system | Liebherr |
Landing gear | Messier Dowty |
Fuel System | Intertechnique (Zodiac) |
Interior | B/E Aerospace |
Fire protection system | Autronics (Curtiss Wright) |
Oxygen system | B/E Aerospace |
APU | Honeywell |
Crew seats | Ipeco |
Hydraulic system | Parker |
Electrical system | Hamilton Sundstrand |
Engine vibration sensors | Vibro-Meter |
Wheels, brakes | Goodrich |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Djumyati P.