JAKARTA. Tak seperti emiten telekomunikasi lain yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih, PT Indosat Tbk (ISAT) justru harus menelan pil pahit pada semester pertama tahun ini. Laba operator seluler ini anjlok 71,5%, dari Rp 1,01 triliun di akhir Juni 2009 menjadi Rp 287,1 miliar di akhir Juni 2010. Sebetulnya, pada periode tersebut, ISAT membukukan pendapatan Rp 9,66 triliun, atau meningkat 5,8%. Sayang, beban usahanya meningkat 11,5% jadi Rp 8,04 triliun. "Keuntungan dari nilai tukar mata uang asing menurun," imbuh CEO ISAT Harry Sasongko. Tak heran, tren harga saham ISAT pun menurun. Memang, kemarin harga saham ISAT naik 0,54% ke Rp 4.650 per saham. Tapi, jika dibandingkan harga tertinggi tahun ini di Rp 6.200 (17/3), artinya harga ISAT telah turun 33,3%.
Sepi aksi, ISAT butuh energi ekstra
JAKARTA. Tak seperti emiten telekomunikasi lain yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih, PT Indosat Tbk (ISAT) justru harus menelan pil pahit pada semester pertama tahun ini. Laba operator seluler ini anjlok 71,5%, dari Rp 1,01 triliun di akhir Juni 2009 menjadi Rp 287,1 miliar di akhir Juni 2010. Sebetulnya, pada periode tersebut, ISAT membukukan pendapatan Rp 9,66 triliun, atau meningkat 5,8%. Sayang, beban usahanya meningkat 11,5% jadi Rp 8,04 triliun. "Keuntungan dari nilai tukar mata uang asing menurun," imbuh CEO ISAT Harry Sasongko. Tak heran, tren harga saham ISAT pun menurun. Memang, kemarin harga saham ISAT naik 0,54% ke Rp 4.650 per saham. Tapi, jika dibandingkan harga tertinggi tahun ini di Rp 6.200 (17/3), artinya harga ISAT telah turun 33,3%.