Sepi sentimen positif, harga batubara tertekan



JAKARTA. Harga batubara kembali melemah. Minimnya sentimen positif yang mampu mengangkat harga batubara, serta permintaan dari sejumlah negara konsumen terbesar batubara dunia akhir-akhir ini yang masih lesu, membuat harga komoditas ini makin tidak bertenaga.

Harga batubara di ICE Futures, Rabu (4/9), untuk kontrak pengiriman Oktober 2013, melemah 0,23% menjadi US$ 77,60 per ton dibanding harga sehari sebelumnya. Namun, dalam sebulan harga batubara masih terhitung menguat sekitar 1,11%.

Pergerakan harga batubara belakangan ini, memang hanya bergerak di kisaran sempit. Dalam sepekan, harga batubara hanya bergerak di kisaran US$ 77 per ton.


Sejak Oktober 2012, harga batubara belum bisa kembali menembus level US$ 100 per ton. Bahkan, harga batubara relatif terus tertekan hingga dalam sebulan terakhir, harga bergerak di kisaran US$ 76-US$ 80 per ton.

Guntur Tri Hariyanto, analis Pefindo mengatakan, batubara memang sedang kehilangan banyak sentimen positif. Salah satunya adalah melemahnya permintaan batubara dari China yang merupakan konsumen terbesar dari komoditas tersebut. "Pergerakan harga yang relatif datar karena batubara saat ini hanya menunggu sentimen penggerak," kata Guntur.

Ia memperkirakan, pergerakan harga batubara dikisaran sempit masih akan berlanjut. Terlebih lagi, dalam seminggu hingga dua minggu ke depan, pasar masih menunggu kepastian invasi militer Amerika Serikat (AS) di Suriah, serta kebijakan pemangkasan stimulus moneter AS dari The Fed.

Sementara itu, Juni Sutikno, analis Philip Futures memperkirakan, meskipun sampai saat ini batubara belum lepas dari bayang- bayang pengenaan pajak impor dan pembatasan konsumsi dari China, harga emas hitam ini masih punya potensi untuk sedikit rebound.

Ada potensi peningkatan permintaan impor batubara dari China seiring membaiknya data manufaktur di negara itu. Indeks manufaktur China di Agustus 2013 melonjak hingga mencapai level tertinggi dalam 16 bulan terakhir. "Lagipula, stok batubara di China biasanya tahan 25 hari. Kalau sudah di bawah itu, biasanya mereka akan impor dan itu akan mendorong harga," kata Juni.

Selain itu, tensi politik di Suriah yang masih penuh ketidakpastian, seiring rencana invasi militer AS, akan mengatkan harga minyak mentah dunia. Ini menjadi pemicu kenaikan harga komoditas energi lain seperti batubara.

Secara teknikal, kata Juni, dalam sepekan ke depan harga batubara berpotensi melemah. Sinyal ini bisa dilihat dari posisi indikator moving average convergence divergence (MACD) yang saat ini berada di area -0,2. Indikator relative strength index (RSI) dan indikator stochastic masih bergerak turun mendekati area jenuh jual (oversold).  Ini memberikan sinyal harga  masih akan tertekan.

Prediksi Juni, harga batubara sepekan ke depan, akan kembali melemah di kisaran US$ 76-US$ 80 per ton. Sementara itu, Guntur memperkirakan, harga batubara dalam sepekan ke depan akan kembali melemah terbatas di kisaran US$ 77-US$ 79 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini