September Jadi Bulan Penuh Tekanan Bagi Reksadana



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana tersendat di Bulan September akibat kenaikan suku bunga secara global dan krisis energi di Eropa.

Berdasarkan data Infovesta Utama, reksadana saham yang kinerjanya terlihat dari Infovesta 90 Equity Fund Index turun 1,20% secara bulanan. Infovesta 90 Balanced Fund Index yang mengukur kinerja reksadana campuran turun 0,84% pada bulan September. 

Sedangkan reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index turun 0,61% secara bulanan. Hanya reksadana pasar uang yang menguat sepanjang September. Infovesta 90 Money Market Fund Index tumbuh 0,19% secara bulanan. 


Baca Juga: IHSG Turun 0,15% ke 6.949 Hingga Tutup Pasar Senin (3/10)

Head of Investment Specialist and Product Development Sucorinvest Asset Management Lolita Liliana mengatakan, sentimen global terkait kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS) dan krisis energi di Eropa banyak mempengaruhi pergerakan bursa regional dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

"Sentimen global menimbulkan ekspektasi akan perlambatan ekonomi global dan menyebabkan aksi sell-off di pasar. Hal ini yang menyebabkan bursa global terkoreksi cukup signifikan sepanjang bulan September," kata Loli kepada Kontan.co.id, Senin (3/10). 

Sucor tetap menjaga kinerja reksadana dengan melakukan strategi active allocation untuk mengantisipasi koreksi di pasar. Perusahaan manajer investasi ini mengubah alokasi portfolio yang lebih defensif di saham big caps dan menurunkan durasi obligasi sejak Agustus lalu.

Hal ini dilakukan untuk mempertahankan imbal hasil sepanjang tahun dari mayoritas reksadana yang telah naik cukup signifikan berkat kenaikan IHSG pasca pertumbuhan kuartal kedua 2022.

Baca Juga: Hanya Reksadana Pasar Uang yang Naik di Bulan September

Loli mengatakan sepanjang bulan September produk reksadana Sucorinvest juga terkoreksi akibat sentimen global. Tapi kinerja produk reksadana pasar uang, pendapatan tetap dan reksadana campuran khususnya di Sucorinvest Premium Fund (SPF) masih menguat 1,53% secara bulanan dan 14.48% sejak awal tahun. 

"Mayoritas portofolio diinvestasikan pada obligasi korporasi dengan durasi pendek yang lebih minim volatilitas di tengah koreksi pasar," imbuh Loli. 

Sejak awal tahun, mayoritas reksadana Sucorinvest mencatat kinerja yang melebiji benchmark. Sucorinvest Equity Fund meningkat 14,15% secara year to date (YtD) dan Sucorinvest Maxi Fund naik 11,44%, mengalahkan return IHSG 6,98% sepanjang tahun.

Baca Juga: Siaga Resesi, Portofolio Investasi Perlu Defensif di Kuartal Akhir 2022

"Kami mempertahankan pandangan optimistis bahwa IHSG berpotensi melanjutkan rally sepanjang 2022 karena posisi Indonesia yang diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas dan kinerja ekspor yang akan menopang pertumbuhan ekonomi domestik secara keseluruhan," ujar Loli. 

Dia menambahkan, pihaknya menyukai sektor perbankan. Pertumbuhan kredit akan terdorong oleh peningkatan belanja masyarakat yang meramaikan sektor seperti retail dan properti. 

Sementara, reksadana pendapatan tetap berbasis SBN juga akan bergerak positif mengingat kenaikan inflasi domestik sudah diprediksikan. Sementara inflasi AS kemungkinan sudah memuncak. 

Melihat perkembangan aktivitas ekonomi dan pasar secara global, fluktuasi pasar cenderung sedang meningkat dalam jangka pendek yang dipicu oleh kekhawatiran kenaikan inflasi dan suku bunga. 

Baca Juga: Berikut Pilihan Investasi di Tengah Inflasi Tinggi

Pada situasi seperti saat ini, Loli menyarankan para investor dengan profil risiko agresif dapat menggapai peluang dengan menambah alokasi reksadana saham untuk porsi investasi untuk jangka menengah-panjang. Loli menambahkan bahwa ekonomi dalam negeri khususnya di sektor komoditas dan perbankan sedang diuntungkan. 

"Investor dengan profil risiko moderat dapat melakukan diversifikasi aset dengan mengoleksi reksadana campuran yang lebih fleksibel dalam perubahan alokasi mengikuti siklus pasar yang ada," terang dia. 

Menurut Loli, reksadana pasar uang masih merupakan alternatif menarik bagi berbagai tipe investor yang memiliki kebutuhan likuiditas jangka pendek dengan potensi return yang lebih baik dibandingkan dengan deposito. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati