Walaupun teknologi pengolahan makanan sudah berkembang pesat, pedagang serabi ambarawa tetap mempertahankan pengolahan serabi secara tradisional. Keunikan lainnya adalah, seluruh pedagang serabi ambarawa itu merupakan ibu-ibu rumah tangga.Setiap daerah punya ciri kuliner khas dan tentu berbeda dari daerah lain. Termasuk menu serabi ambarawa yang dijajakan para pedagang di Desa Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.Salah satu ciri khas serabi ambarawa adalah cara penyajiannya. Sebelum mengudap serabi ambarawa, celupkan dulu di kuah santan-gula yang berwarna cokelat muda yang manis dan gurih.Dari sisi pengolahan pedagang serabi ambarawa mempertahankan cara tradisional dalam menggiling beras sebagai bahan baku serabi. "Serabi dari beras yang digiling secara tradisional lebih enak," aku Romiyati, salah satu pedagang serabi yang merangkap Ketua Paguyuban Serabi Mekar Sari di Ngampin.Cara memasak serabi ambarawa mirip dengan memasak serabi daerah lain. Pedagang serabi ambarawa berusaha mempertahankan cara memasaknya secara tradisional. Sebab, selain bahan, proses memasak juga menentukan aroma dan cita rasa serabi yang nikmat.Mereka masih memasak serabi dengan wajan kecil yang terbuat dari tanah liat. Wajan ditaruh di atas tungku kemudian dibakar dengan kayu. Penggunaan wajan tanah liat bertujuan untuk mendapatkan panas yang stabil dan serabi tidak mudah gosong.Nah, penggunaan wajan tanah liat dan pembakaran dengan kayu, dipercayai bisa menghasilkan serabi lebih enak ketimbang serabi yang dipanggang di atas wajan logam dan dibakar dengan kompor minyak atau gas.Proses memasak serabi ambarawa ini bisa jadi tontonan tersendiri bagi calon pembeli. Sebab, si pedagang akan memasak serabi begitu ada pesanan dari calon pembeli.Harga serabi ambarawa terbilang ringan di kantong. Harga seporsi isi tiga serabi plus kuahnya adalah Rp 3.000 per porsi. Harga makin murah bila membeli banyak. Misalnya, seporsi besar isi 10 serabi plus kuahnya dihargai Rp 6.000.Seluruh pedagang serabi ambarawa itu adalah kaum hawa. Sebagian besar dari mereka berstatus ibu rumah tangga. Mereka menggelar dagangannya di pinggir Jalan MGR Sugiyopranoto, Ambarawa. "Kami bekerja untuk membantu menambah penghasilan keluarga kami," kata Siti Suryatinah, salah satu pedagang serabi di Ambarawa.Siti lebih memilih berdagang serabi ketimbang menjadi karyawan di pabrik. Sebab, berdagang serabi lebih fleksibel. Dia bisa menentukan jam buka warung serabi sesukanya. Jika menjadi pegawai pabrik, ia akan terikat dengan jam kantor yang ketat. "Saya berdagang usai urusan rumah tangga selesai," jelas Siti.Memang, penghasilannya tak pasti. Sulit menebak jumlah pembeli. Kadang ramai, lain waktu sepi. Toh, rata-rata pedagang minimal mengantongi omzet Rp 60.000 per hari dan marginnya sekitar 50% dari omzet. Saat Lebaran atau musim libur, omzet mereka bisa naik menjadi dua kali lipatnya. "Meskipun kecil namun cukup membantu beban suami," jelas Dewi Setyowati, yang juga berprofesi sebagai pedagang serabi ambarawa. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Serabi ambarawa: Berdagang serabi demi membantu suami (2)
Walaupun teknologi pengolahan makanan sudah berkembang pesat, pedagang serabi ambarawa tetap mempertahankan pengolahan serabi secara tradisional. Keunikan lainnya adalah, seluruh pedagang serabi ambarawa itu merupakan ibu-ibu rumah tangga.Setiap daerah punya ciri kuliner khas dan tentu berbeda dari daerah lain. Termasuk menu serabi ambarawa yang dijajakan para pedagang di Desa Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.Salah satu ciri khas serabi ambarawa adalah cara penyajiannya. Sebelum mengudap serabi ambarawa, celupkan dulu di kuah santan-gula yang berwarna cokelat muda yang manis dan gurih.Dari sisi pengolahan pedagang serabi ambarawa mempertahankan cara tradisional dalam menggiling beras sebagai bahan baku serabi. "Serabi dari beras yang digiling secara tradisional lebih enak," aku Romiyati, salah satu pedagang serabi yang merangkap Ketua Paguyuban Serabi Mekar Sari di Ngampin.Cara memasak serabi ambarawa mirip dengan memasak serabi daerah lain. Pedagang serabi ambarawa berusaha mempertahankan cara memasaknya secara tradisional. Sebab, selain bahan, proses memasak juga menentukan aroma dan cita rasa serabi yang nikmat.Mereka masih memasak serabi dengan wajan kecil yang terbuat dari tanah liat. Wajan ditaruh di atas tungku kemudian dibakar dengan kayu. Penggunaan wajan tanah liat bertujuan untuk mendapatkan panas yang stabil dan serabi tidak mudah gosong.Nah, penggunaan wajan tanah liat dan pembakaran dengan kayu, dipercayai bisa menghasilkan serabi lebih enak ketimbang serabi yang dipanggang di atas wajan logam dan dibakar dengan kompor minyak atau gas.Proses memasak serabi ambarawa ini bisa jadi tontonan tersendiri bagi calon pembeli. Sebab, si pedagang akan memasak serabi begitu ada pesanan dari calon pembeli.Harga serabi ambarawa terbilang ringan di kantong. Harga seporsi isi tiga serabi plus kuahnya adalah Rp 3.000 per porsi. Harga makin murah bila membeli banyak. Misalnya, seporsi besar isi 10 serabi plus kuahnya dihargai Rp 6.000.Seluruh pedagang serabi ambarawa itu adalah kaum hawa. Sebagian besar dari mereka berstatus ibu rumah tangga. Mereka menggelar dagangannya di pinggir Jalan MGR Sugiyopranoto, Ambarawa. "Kami bekerja untuk membantu menambah penghasilan keluarga kami," kata Siti Suryatinah, salah satu pedagang serabi di Ambarawa.Siti lebih memilih berdagang serabi ketimbang menjadi karyawan di pabrik. Sebab, berdagang serabi lebih fleksibel. Dia bisa menentukan jam buka warung serabi sesukanya. Jika menjadi pegawai pabrik, ia akan terikat dengan jam kantor yang ketat. "Saya berdagang usai urusan rumah tangga selesai," jelas Siti.Memang, penghasilannya tak pasti. Sulit menebak jumlah pembeli. Kadang ramai, lain waktu sepi. Toh, rata-rata pedagang minimal mengantongi omzet Rp 60.000 per hari dan marginnya sekitar 50% dari omzet. Saat Lebaran atau musim libur, omzet mereka bisa naik menjadi dua kali lipatnya. "Meskipun kecil namun cukup membantu beban suami," jelas Dewi Setyowati, yang juga berprofesi sebagai pedagang serabi ambarawa. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News