KONTAN.CO.ID - MOSKOW - Pada Jumat (23/3), terjadi serangan mematikan di sebuah konser dekat Moskow yang mengakibatkan setidaknya 40 orang tewas dan 145 lainnya terluka. Para pelaku bersenjata, mengenakan seragam kamuflase, menembaki penonton konser dengan senjata otomatis. Serangan ini merupakan salah satu yang paling mematikan di Rusia dalam beberapa dekade. ISIS, kelompok militan yang sebelumnya berusaha menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui saluran Telegram kelompok tersebut.
Baca Juga: Kedubes AS Peringatkan Potensi Serangan di Moskow oleh Ekstremis Kejadian tersebut terjadi ketika sedang berlangsung konser di Balai Kota Crocus, tepat sebelum grup musik rock era Soviet "Picnic" hendak tampil. Video yang terverifikasi menunjukkan kepanikan di antara penonton, dengan banyak orang berusaha melarikan diri dari lokasi sementara tembakan terdengar di sekitar mereka. Menurut laporan, setidaknya lima orang bersenjata mulai menembaki warga sipil di dalam gedung, menyebabkan korban tewas dan terluka. Banyak korban termasuk anak-anak. Pihak berwenang segera menindak dengan memberlakukan tindakan keamanan ekstra di sekitar area tersebut. Dalam pernyataannya di Telegram, ISIS menyatakan bahwa para pejuang mereka menyerang pinggiran Moskow, menyebabkan kerusakan besar sebelum berhasil mundur dengan selamat ke pangkalan mereka. Reaksi internasional terhadap serangan ini sangat tegas. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut serangan tersebut sebagai "serangan teroris berdarah" yang harus dikutuk oleh seluruh dunia.
Baca Juga: Pidato Pertama Pasca Pemilu, Putin Ancam NATO dengan Perang Dunia III Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan Arab, serta negara-negara bekas Uni Soviet, mengutuk keras serangan ini dan menyampaikan belasungkawa kepada para korban.
Sebelum serangan ini terjadi, dua minggu sebelumnya, Kedutaan Besar Amerika di Rusia telah memperingatkan mengenai kemungkinan serangan oleh "ekstremis" di Moskow. Peringatan ini muncul setelah pihak berwenang Rusia mengklaim telah menggagalkan serangan terhadap sebuah sinagoga di Moskow oleh sel ISIS. Presiden Vladimir Putin, yang pada hari Minggu terpilih kembali untuk masa jabatan enam tahun yang baru, telah mengirim ribuan tentara ke Ukraina pada tahun 2022 dan mengingatkan bahwa berbagai kekuatan, termasuk negara-negara di Barat, berusaha menimbulkan kekacauan di Rusia.
Baca Juga: Rusia Murka, Tuduh Ukraina Lakukan Sabotase Pemilu di Negaranya Setelah serangan ini, Rusia meningkatkan keamanan di seluruh ibu kota serta membatalkan semua acara publik berskala besar di seluruh negeri. Wali Kota Moskow menyampaikan duka cita atas kejadian tragis ini, sementara Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri Jerman mengecam keras serangan tersebut.
Editor: Noverius Laoli