Serangan drone militer AS tewaskan pemimpin senior al-Qaeda di Suriah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Militer AS telah membunuh pemimpin senior al-Qaeda Abdul Hamid al-Matar dalam serangan pesawat tak berawak di Suriah, kata juru bicara Komando Pusat AS.

"Pemusnahan pemimpin senior al-Qaeda ini akan mengganggu kemampuan organisasi teroris untuk merencanakan lebih lanjut dan melakukan serangan global yang mengancam warga AS, mitra kami, dan warga sipil tak berdosa," kata Mayor Angkatan Darat AS John Rigsbee dalam sebuah pernyataan tertulis pada Jumat malam.

Tidak ada korban lain yang diketahui dari serangan itu, katanya, seraya menambahkan bahwa itu dilakukan dengan menggunakan pesawat MQ-9. Serangan itu terjadi dua hari setelah sebuah pos AS di Suriah selatan diserang.


“Al-Qaeda terus menghadirkan ancaman bagi Amerika dan sekutu kami. Al-Qaeda menggunakan Suriah sebagai tempat yang aman untuk membangun kembali, berkoordinasi dengan afiliasi eksternal, dan merencanakan operasi eksternal,” kata Rigsbee.

Baca Juga: Serangan bom tewaskan 13 personel militer Suriah

Rigsbee tidak mengatakan apakah serangan pesawat tak berawak AS dilakukan sebagai pembalasan atas serangan itu. Dia juga tidak mengatakan di wilayah Suriah mana serangan itu dilakukan. Pada bulan September, Pentagon juga melakukan serangan di Suriah barat laut yang dikuasai pemberontak, menewaskan pemimpin senior al-Qaeda lainnya, Salim Abu-Ahmad.

Serangan udara sebelumnya dilakukan di dekat provinsi Idlib. Sebagian besar Idlib dan Aleppo yang berdekatan tetap berada di tangan oposisi bersenjata Suriah, yang didominasi oleh kelompok-kelompok bersenjata termasuk Hayat Tahrir al-Sham yang dulunya terkait dengan al-Qaeda.

Perang yang sedang berlangsung di Suriah telah menciptakan medan perang yang kompleks yang melibatkan tentara asing, milisi dan kelompok bersenjata lainnya yang terkait dengan al-Qaeda, Negara Islam Irak dan Levant (ISIL, juga dikenal sebagai ISIS) dan kelompok afiliasi lainnya.

Perang telah menewaskan sekitar setengah juta orang sejak dimulai pada 2011 dengan tindakan keras brutal terhadap protes anti-pemerintah.

Selanjutnya: Taliban masih berjuang untuk memperoleh pengakuan internasional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .