KONTAN.CO.ID - JERUSALEM/GAZA. Serangan Hamas terhadap Israel mendorong harga minyak lebih tinggi pada hari Senin karena pasar memperhitungkan ketakutan akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah, sehari setelah Israel menggempur Gaza sebagai pembalasan atas salah satu tindakan mereka yang meruapakan serangan paling berdarah dalam sejarah. Pejuang dari kelompok Islam Hamas membunuh 700 warga Israel dan menculik puluhan lainnya ketika mereka menyerang kota-kota Israel pada hari Sabtu, serangan paling mematikan ke wilayah Israel sejak serangan Mesir dan Suriah dalam perang Yom Kippur 50 tahun lalu. Sebagai tanggapan, serangan udara Israel menghantam blok perumahan, terowongan, masjid dan rumah pejabat Hamas di Gaza pada hari Minggu, menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk 20 anak-anak, sesuai dengan sumpah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk “balas dendam yang besar”.
Baca Juga: Israel Nyatakan Perang dengan Hamas dan Membombardir Gaza “Harga yang harus dibayar oleh Jalur Gaza akan sangat berat dan akan mengubah kenyataan dari generasi ke generasi,” kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant di kota Ofakim. Kekerasan tersebut memicu volatilitas di pasar global pada hari Senin, dengan kekhawatiran tentang kemungkinan gangguan pasokan dari Iran, membantu mendorong minyak mentah Brent naik US$ 4,18, atau 4,94%, menjadi US$ 88,76 per barel pada pukul 01.20 GMT di perdagangan Asia. Iran adalah sekutu Hamas dan meski mengucapkan selamat kepada Hamas atas serangan tersebut, misinya di PBB mengatakan Teheran tidak terlibat dalam serangan tersebut. Kenaikan harga minyak yang berkelanjutan akan membebani konsumen dan menambah tekanan inflasi global, yang membebani ekuitas karena S&P 500 berjangka merosot 0,7% dan Nasdaq berjangka kehilangan 0,6%.