KONTAN.CO.ID - DOHA/YERUSALEM. Israel melancarkan operasi pasukan khusus yang membebaskan dua sandera Israel di Rafah di tengah serangan udara pada Senin pagi. Menurut pejabat kesehatan setempat menewaskan 37 orang dan melukai puluhan lainnya di kota Gaza selatan. Operasi gabungan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dinas keamanan domestik Israel Shin Bet dan Unit Polisi Khusus di Rafah membebaskan Fernando Simon Marman, 60, dan Louis Hare, 70, kata militer Israel. Kedua pria tersebut diculik oleh Hamas dari Kibbutz Nir Yitzhak pada 7 Oktober, kata militer.
“Itu adalah operasi yang sangat kompleks,” kata juru bicara militer Israel Letkol Richard Hecht. “Kami sudah lama mengerjakan operasi ini. Kami menunggu kondisi yang tepat,” tambahnya.
Baca Juga: UNRWA: Pengiriman Bantuan untuk Warga Palestina Tertahan di Pelabuhan Israel Para sandera ditahan di lantai dua sebuah gedung yang dibobol dengan bahan peledak selama penggerebekan, yang menyebabkan baku tembak sengit dengan gedung-gedung di sekitarnya, kata Hecht. “Saya sangat senang mengumumkan bahwa malam ini dua sandera yang dibebaskan mendarat di sini di pusat medis Sheba, rumah sakit terbesar di Israel,” kata Prof Arnon Afek, direktur rumah sakit umum Sheba. “Mereka diterima di IGD dan pemeriksaan awal dilakukan oleh staf IGD kami dan kondisinya stabil dan dirawat,” terangnya. Serangan udara tersebut menyebabkan kepanikan yang meluas di Rafah karena banyak orang tertidur ketika serangan dimulai, kata warga yang dihubungi oleh Reuters menggunakan aplikasi obrolan. Beberapa pihak khawatir Israel telah memulai serangan daratnya ke Rafah. Pesawat, tank, dan kapal Israel ikut serta dalam serangan tersebut, dan dua masjid dan beberapa rumah terkena serangan, menurut warga. Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan terhadap Rafah adalah kelanjutan dari “perang genosida” dan upaya pemindahan paksa yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina. Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Minggu bahwa Israel tidak boleh melancarkan operasi militer di Rafah tanpa rencana yang kredibel untuk menjamin keselamatan sekitar 1 juta orang yang berlindung di sana, kata Gedung Putih.
Baca Juga: Houthi Yaman Menggelar Pemakaman untuk 17 Pejuang yang Tewas atas Serangan AS Badan-badan bantuan mengatakan serangan terhadap Rafah akan menjadi bencana besar. Ini adalah tempat terakhir yang relatif aman di wilayah kantong yang hancur akibat serangan militer Israel. Biden dan Netanyahu berbicara selama sekitar 45 menit, beberapa hari setelah pemimpin AS tersebut mengatakan respons militer Israel di Jalur Gaza "berlebihan" dan menyatakan keprihatinan besar atas meningkatnya jumlah korban sipil di wilayah kantong Palestina tersebut. Kantor Netanyahu mengatakan bahwa mereka telah memerintahkan militer untuk mengembangkan rencana untuk mengevakuasi Rafah dan menghancurkan empat batalyon Hamas yang dikatakan dikerahkan di sana. Militan Hamas telah menewaskan 1.200 orang di Israel selatan dan menculik sedikitnya 250 orang dalam serangan mereka pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel. Israel membalasnya dengan serangan militer di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 28.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Editor: Handoyo .