KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serangan Israel terhadap Jalur Gaza terus berlangsung tanpa henti. Sedikitnya 23 warga Palestina tewas sejak Rabu dini hari, termasuk akibat dua serangan rudal yang menghantam Sekolah al-Falah di kawasan Zeitoun, Gaza City, yang tengah difungsikan sebagai tempat pengungsian ratusan orang. Tim Pertahanan Sipil Palestina yang bergegas melakukan evakuasi juga ikut menjadi korban setelah lokasi kembali dibombardir, menyebabkan sejumlah petugas luka parah. Sumber medis di Rumah Sakit al-Ahli Arab melaporkan enam orang tewas dan sejumlah lainnya terluka dalam serangan tersebut.
Rumah Sakit dan Kamp Pengungsi Jadi Sasaran
Serangan udara Israel juga menghantam dua rumah di kamp pengungsi Nuseirat dan Bureij di Gaza tengah, menewaskan tiga orang, menurut laporan kantor berita Palestina Wafa. Baca Juga: Tony Blair Kembali Muncul dalam Rencana Perdamaian Gaza yang Dipimpin Trump Sementara itu, Rumah Sakit al-Shifa, kompleks medis terbesar di Gaza, kembali menjadi sasaran tembakan. Sebelas jenazah tak dikenal terpaksa dimakamkan di halaman rumah sakit dalam sebuah kuburan massal. Pasien gagal ginjal yang membutuhkan dialisis berada dalam kondisi sangat berisiko karena bombardir dan baku tembak berlangsung di sekitar rumah sakit.Krisis Kemanusiaan Memburuk
Ribuan warga yang melarikan diri dari Gaza City kini berbondong-bondong menuju Gaza bagian selatan. Namun, kondisi di sana sangat memprihatinkan: minim sumber daya, penuh sesak, dan tidak layak huni. Sebagian keluarga terpaksa mendirikan tenda darurat di tepi pantai. Mohammed al-Turkmani, seorang pengungsi yang tinggal bersama istri dan anak-anaknya di dalam tenda, mengaku cemas dengan masa depan keluarganya. “Saya tidak tahu bagaimana kami akan bertahan di tenda ini. Saat musim dingin tiba, kami bisa kebanjiran dan tenda bisa hancur,” ujarnya kepada Al Jazeera. Di tengah penderitaan warga, Global Sumud Flotilla melaporkan telah memasuki “zona berisiko tinggi” sekitar 150 mil laut (278 km) dari Gaza. Armada tersebut bertujuan menembus blokade Israel yang selama ini memperparah kelaparan di wilayah itu.Upaya Diplomasi: Rencana Gencatan Senjata Trump
Di ranah diplomasi, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menegaskan bahwa rencana gencatan senjata yang diajukan Presiden AS Donald Trump memenuhi tiga tuntutan utama mediator: menghentikan perang, mencegah pengungsian lebih lanjut, dan memastikan penarikan penuh tentara Israel dari Gaza. Trump menyatakan Hamas diberi waktu tiga hingga empat hari untuk merespons proposal tersebut. “Hamas akan melakukannya atau tidak, dan jika tidak, itu akan menjadi akhir yang sangat menyedihkan,” tegas Trump di Gedung Putih. Baca Juga: Proposal Gencatan Senjata Gaza Versi Trump Tunggu Respons Hamas Rencana yang dipaparkan dalam dokumen 20 poin itu mencakup:- Gencatan senjata segera di Gaza.
- Pertukaran tawanan, yakni warga Israel yang ditahan Hamas dengan tahanan Palestina di penjara Israel.
- Penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza.
- Disarmament Hamas, dengan imbalan amnesti atau opsi keluar dari Gaza.
- Pembentukan pasukan stabilisasi internasional sementara dengan dukungan AS dan mitra Arab.