KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keamanan siber (cybersecurity) terus menjadi isu krusial banyak perusahaan di Indonesia. Apalagi kasus peretasan terus marak. Terakhir adalah peretasan terhadap data masyarakat di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Lemahnya sistem pengamanan menyebabkan data-data vital perusahaan mudah sekali diretas. Bahkan baru-baru ini, salah satu lembaga jasa keuangan yang kena giliran jadi korban. Merujuk data National Cyber Security Index (NCSI) 2022, skor indeks cyber security Indonesia sebesar 38,96 poin pada 2022 atau di peringkat ketiga terendah di antara negara G-20. Selain merugikan konsumen, pelanggan dan informasi penting internal, pembobolan data sangatlah rawan meruntuhkan reputasi perusahaan. "Kalau dulu, hacker ini tujuannya adalah mencari ketenaran, sekarang hacker fokus pada mencari uang dan menyebabkan kerugian di sisi perusahaan.” ujar Reza Aminy, Associate Director tim Advisory Services BDO in Indonesia, dalam penjelasannya, Selasa (5/12). Kasus peretasan kerap menimpa perusahaan di bidang perbankan, e commerce, marketplace, telekomunikasi, asuransi, dan jasa keuangan di Indonesia. Kasus ini selain menyebabkan nama perusahaan goyah, juga rawan memicu guncangan keuangan internal.
Serangan Marak, Perusahaan Sebaiknya Jangan Tunda Investasi Keamanan Siber
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keamanan siber (cybersecurity) terus menjadi isu krusial banyak perusahaan di Indonesia. Apalagi kasus peretasan terus marak. Terakhir adalah peretasan terhadap data masyarakat di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Lemahnya sistem pengamanan menyebabkan data-data vital perusahaan mudah sekali diretas. Bahkan baru-baru ini, salah satu lembaga jasa keuangan yang kena giliran jadi korban. Merujuk data National Cyber Security Index (NCSI) 2022, skor indeks cyber security Indonesia sebesar 38,96 poin pada 2022 atau di peringkat ketiga terendah di antara negara G-20. Selain merugikan konsumen, pelanggan dan informasi penting internal, pembobolan data sangatlah rawan meruntuhkan reputasi perusahaan. "Kalau dulu, hacker ini tujuannya adalah mencari ketenaran, sekarang hacker fokus pada mencari uang dan menyebabkan kerugian di sisi perusahaan.” ujar Reza Aminy, Associate Director tim Advisory Services BDO in Indonesia, dalam penjelasannya, Selasa (5/12). Kasus peretasan kerap menimpa perusahaan di bidang perbankan, e commerce, marketplace, telekomunikasi, asuransi, dan jasa keuangan di Indonesia. Kasus ini selain menyebabkan nama perusahaan goyah, juga rawan memicu guncangan keuangan internal.