Serangan Rusia Membuat Tahun Baru Islam Jadi Hari Berkabung di Ukraina



JAKARTA. Pemerintah Ukraina menuding Rusia melakukan pembantaian terhadap tawaran perang asal Ukraina di Olenivka, Donetsk Oblast menjelang Tahun Baru Umat Islam yang membuat tahun baru ini jadi hari berkabung bagi warga Ukraina.

Ukraina menilai, puluhan tawanan perang asal Ukraina seharusnya mendapat perlindungan berdasarkan Konvensi Jenewa justru dibunuh.

Tahun Baru Hijriyah atau 1 Muharram 2022 yang jatuh pada Sabtu 30 Juli sebagai peringatan Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, yang tahun ini ditetapkan pemerintah Ukraina sebagai Hari Libur Nasional justru menjadi hari berkabung nasional.


Duka rakyat Ukraina terjadi setelah pada Jumat (29/7) sedikitnya 50 tahanan perang tewas dibantai pasukan Rusia. Mereka termasuk para petempur anggota Batalion Azov yang mempertahankan Pabrik Baja Azovstal dalam pertempuran sengit di Mariupol selama berbulan-bulan. 

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan para petempur Azovstal di Mariupol yang meletakkan senjata dan menyerahkan diri kepada pasukan Rusia tersebut dimediasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan Komisi Palang Merah Internasional (ICRC), mencakup jaminan untuk kesehatan dan keselamatan mereka.

Baca Juga: Rusia dan Ukraina Saling Tuding Serangan Rudal, PBB dan Palang Merah Diminta Selidiki

“Sekarang penjamin [PBB dan ICRC] harus bereaksi. Mereka harus melindungi nyawa ratusan tawanan perang Ukraina. Dan saya menambahkan sendiri: harus ada pengakuan hukum yang jelas tentang Rusia sebagai negara sponsor terorisme,” tegasnya dalam pernyataan resmi.

Konvensi Jenewa III tahun 1949 tentang perlindungan terhadap tawanan perang (prisoner of war) menyatakan dalam keadaan apapun, tawanan perang berhak atas perlakuan manusiawi dan penghormatan atas diri dan kehormatannya dan tetap memiliki kemampuan sipil sepenuhnya.

Para petempur Azovstal yang merupakan bagian dari pejuang dalam pasal 45 Protokol Tambahan I 1977 dijelaskan “dianggap sebagai tawanan perang sehingga harus dilindungi oleh Konvensi Jenewa III 1949” sehingga berhak atas perlindungan kesehatan dan keselamatan.

Penyadapan Dinas Keamanan Ukraina terhadap komunikasi yang dilakukan pasukan Rusia mendapati bahwa pasukan Rusia yang bertanggung jawab atas tragedi di wilayah Donetsk yang dikuasai separatis pro-Moskow.

Baca Juga: Komunikasi Pertama Sejak Rusia Invasi Ukraina, Apa Pembicaraan Blinken dan Lavrov?

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Ukraina menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengutuk pelanggaran brutal terhadap hukum internasional oleh federasi Rusia.

Bukan kali pertama Rusia melakukan kejahatan perang di wilayah Donetsk. Pada 17 Juli 2014 pesawat Malaysia Airlines MH17 penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur ditembak rudal. Seluruh penumpang berjumlah 298 orang, termasuk 12 Warga Negara Indonesia tewas.

Rusia berulang kali menyangkal keterlibatan atas tragedi yang menewaskan warga dari 10 negara berbeda tewas di dalam penerbangan tersebut meski transkrip audio yang diungkapkan tim penyelidik mendapati keterlibatan militer Rusia yang mendukung separatis di wilayah Donetsk.

Editor: Noverius Laoli