Serangan siber terbesar dalam sejarah menyerang Singapura



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Serangan siber terbesar dalam sejarah Singapura menyerang negara kota tersebut. Informasi pribadi sekitar 1,5 juta warga Singapura termasuk informasi pribadi Perdana Menteri Lee Hsien Loong telah dicuri dalam serangan siber yang terjadi sejak akhir Juni 2018.

Pemerintah Singapura tak menyebutkan identitas si peretas dunia maya tersebut. Hanya saja dari serangannya memiliki ciri khas kelompok yang terkait suatu negara.

Menurut pihak berwenang Singapura seperti dikutip Reuters, pada akhir Juni 2018, peretas mulai mencuri detail data pribadi dan catatan resep pasien yang mengunjungi klinik rawat jalan di Singapura. Tak tangung-tanggung, data yang diambil itu hingga tiga tahun sebelumnya


Berbicara di parlemen, Senin (6/8), Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura  S. mengatakan, pemerintah tidak akan mengungkapkan identitas penyerang untuk alasan keamanan. Tetapi serangan itu adalah pekerjaan dari kelompok "Advanced Persistent Threat" (APT)  yang biasanya terkait suatu negara.

"Ini (APT) mengacu pada kelas penyerang maya yang canggih, biasanya terkait negara, yang melakukan perluasan, kampanye siber yang direncanakan secara hati-hati, untuk mencuri informasi atau mengganggu operasi," kata Iswaran.

Iswaran mengatakan, badan-badan pemerintah memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap identitas para penyerang, tetapi tidak cukup bukti untuk mengambil tindakan hukum.

Menteri Kesehatan Singapura Gan Kim Yong menambahkan, para penyerang telah melakukan upaya menghapus jejak mereka, sehingga membuat penyelidikan lebih sulit. Dan bukan tidak mungkin mereka bisa menyerang lagi. "Para penyerang sangat sabar, sangat gigih dan sangat banyak akal," kata Gan.

Dengan alat peretasan canggih, si peretas akhirnya berhasil. "Kami menganggap ini serius karena tidak ada alasan untuk percaya bahwa mereka tidak akan mencoba lagi dengan alat yang lebih canggih," imbuh Gan

Setelah serangan itu, pemerintah memutus komputer dari internet di pusat kesehatan umum dan membentuk panel empat anggota untuk menyelidiki insiden itu yang hasilnya akan dilaporkan pada akhir Desember 2018.

Perusahaan layanan profesional PricewaterhouseCoopers (PWC) dan Cyber ​​Security Agency of Singapore bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Singapura mengidentifikasi kerentanan dalam sistem mereka dan menyumbat setiap lubang untuk mencegah serangan siber.

Serangan siber besar jarang terjadi di Singapura. Apalagi negeri ini telah banyak berinvestasi dalam keamanan siber selama dekade terakhir. Serangan ini telah menjadikan keamanan siber sebagai prioritas baik di Singapura maupun bagi tetangganya di ASEAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat