KONTAN.CO.ID - GAZA. Ini cerita memilukan yang dialami sebuah keluarga di Gaza. Melansir
Reuters, serangan udara Israel pada Selasa (7/11/2023) malam, menghantam rumah Mohammed Hamdan di Gaza setelah salat magrib. Serangan itu menewaskan 35 anggota keluarga besarnya dalam tiga generasi. Mereka yang menjadi korban mulai dari Kamal, berusia 70 tahun, hingga Rasmi, berusia tujuh tahun.
Hamdan, 50 tahun, terkubur di balik rumahnya yang runtuh dan butuh waktu satu setengah jam untuk keluar dari mimpi buruk itu. Hamdan kemudian menyadari bahwa dia telah kehilangan putrinya Malak, saudara laki-lakinya Ahmed, keponakan laki-lakinya, dan banyak sepupunya. “Adik, keponakan, dan saya sendiri sedang duduk bersama saudara lainnya setelah salat. Tiba-tiba kami mendapati diri kami berada di bawah reruntuhan,” katanya, menceritakan momen serangan tersebut. Keluarga Hamdan adalah salah satu dari banyak keluarga di Gaza yang tercerai berai akibat pemboman udara dan artileri yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Israel Alami Defisit Anggaran US$6 Miliar, Akibat Lonjakan Biaya Perang Lawan Hamas Menurut otoritas kesehatan di daerah kantong kecil dan padat yang dikelola Hamas, serangan udara tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang. Militer Israel telah sepenuhnya mengepung Gaza utara selama berminggu-minggu. Serangan ini juga menghantam wilayah selatan seperti Khan Younis, tempat tinggal keluarga Hamdan. Tujuan Israel adalah untuk menghancurkan kelompok Islam Palestina Hamas, yang anggota militannya menyerang kota-kota Israel pada 7 Oktober 2023. Dalam aksi itu, 1.400 warga Israel tewas. Hamas juga menculik dan menawan 240 orang lainnya. Bagi Hamdan, perang telah mengakhiri semua yang ia sayangi. “Kami besar di sini, kami tinggal bersama anak-anak ini. Saya tidak membayangkan akan terjadi kehancuran seperti ini,” ujarnya. Khan Younis didirikan sebagai kamp pengungsi pada tahun 1948 ketika warga Palestina, termasuk keluarga Hamdan, melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah mereka selama pertempuran yang menyertai pembentukan negara Israel.
Baca Juga: Sekjen PBB: Korban Sipil Terlalu Tinggi, Ada yang Salah dengan Taktik Israel Mereka tidak pernah diizinkan kembali ke rumah masing-masing. Selama dua dekade terakhir, pertempuran antara Israel dan Hamas secara berkala terjadi di wilayah kantong tersebut. Aksi saling serang itu menghujani pengungsi Palestina dari generasi ke generasi. Selama masa dekade-dekade yang sulit itu, keluarga Hamdan berkembang dan rumahnya di Khan Youni menjadi pusat kehidupannya. “Dulu kami bermain dengan generasi tua dan muda. Kami biasa duduk-duduk di luar saat musim panas. Kadang-kadang kami menyalakan api unggun. Tapi lihat sekarang. Yang ada hanyalah kehancuran,” kata Hamdan.
Saudara laki-laki dan keponakan Hamdan yang duduk bersamanya ketika bangunannya runtuh tidak selamat. D“Saya kira hanya kami (yang kena). Tapi kemudian saya tahu seluruh lingkungan,” kata Hamdan. Keluarga tetangga Hamdan, Abu Sita dan Abu Sultan, sebagian besar tewas atau terluka. Israel membantah menargetkan warga sipil dalam serangan militernya. Namun Israel mengatakan pejuang Hamas sering beroperasi di wilayah pemukiman.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie