Serangan Udara Israel di Lebanon Selatan Tewaskan 5 Petugas Penyelamat



KONTAN.CO.ID - BEIRUT/JERUSALEM. Serangan udara Israel di Lebanon selatan menewaskan lima petugas penyelamat, menurut keterangan Kementerian Kesehatan Lebanon pada Kamis (10/10).

Serangan ini terjadi di tengah operasi besar-besaran Israel melawan kelompok Hizbullah yang didukung Iran.

Sementara Israel memperingatkan warga sipil di selatan Lebanon agar tidak kembali ke rumah mereka.


Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengungkapkan bahwa saat ini tengah berlangsung kontak antara Amerika Serikat dan Prancis untuk mengupayakan gencatan senjata.

Baca Juga: Lebih dari 120 Jurnalis dan Awak Media Terbunuh di Gaza dalam Setahun

Upaya ini merupakan bagian dari diplomasi yang sedang berjalan, meskipun Israel telah menolak usulan gencatan senjata tersebut bulan lalu. Hingga kini, belum ada tanggapan langsung dari Washington atau Paris.

Wilayah Timur Tengah tetap berada dalam kondisi waspada tinggi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut, terutama setelah serangan roket Iran ke Israel pekan lalu.

Israel diperkirakan akan merespons serangan tersebut, yang menjadi pusat perhatian global.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara pada Rabu (9/10) mengenai kemungkinan pembalasan Israel terhadap Iran. Menurut laporan dari kedua pihak, percakapan tersebut berlangsung positif.

Israel mengatakan bahwa operasi militernya di Lebanon bertujuan untuk memastikan keamanan puluhan ribu warga Israel yang dievakuasi dari utara negara itu akibat serangan roket lintas perbatasan yang diluncurkan oleh Hizbullah.

Kelompok tersebut mulai menyerang untuk mendukung Hamas di Gaza setahun yang lalu.

Baca Juga: Iran Membuktikan Diri Dapat Tembus Sistem Pertahanan Udara Terhebat di Dunia

Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, serangan udara Israel semalam menghantam sebuah pusat pertahanan sipil di desa Derdghaiya, sekitar 10 km dari perbatasan, yang menyebabkan lima petugas penyelamat tewas.

Hingga saat ini, pihak militer Israel belum memberikan komentar terkait insiden tersebut.

Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 2.100 orang di Lebanon selama setahun terakhir, dengan sebagian besar korban jatuh sejak 23 September ketika Israel meningkatkan serangan udara secara besar-besaran sebelum kemudian mengirim pasukan darat.

Namun, angka korban ini tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan.

Pada Kamis, Israel melaporkan kematian seorang tentara ke-12 dalam operasi darat di Lebanon selatan.

Mikati, dalam sebuah pernyataan di platform X (dahulu Twitter), menyatakan bahwa "kontak sedang berlangsung antara Amerika Serikat dan Prancis dengan tujuan menghidupkan kembali deklarasi gencatan senjata untuk jangka waktu tertentu guna membuka jalan bagi solusi politik."

Bulan lalu, Amerika Serikat, Prancis, dan beberapa negara lainnya menyerukan gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah.

Baca Juga: Biden dan Netanyahu Telponan Bahas Respons Israel Terhadap Serangan Iran

Israel dan Hizbullah Terus Bertukar Serangan

Militer Israel menyatakan bahwa serangan udara yang dilancarkan pada malam dan hari sebelumnya menargetkan fasilitas penyimpanan senjata di pinggiran selatan Beirut dan wilayah selatan Lebanon, tempat infrastruktur Hizbullah dihancurkan.

Asap tebal terlihat membumbung di atas Beirut pada Kamis pagi setelah serangan udara Israel di wilayah yang dikuasai Hizbullah.

Sebagian besar penduduk di daerah yang dulunya ramai ini telah mengungsi, mengikuti jejak lebih dari satu juta orang lainnya yang terdampak.

Militer Israel memperingatkan warga Lebanon selatan untuk tidak kembali ke rumah mereka di desa dan kota yang telah mereka tinggalkan "hingga pemberitahuan lebih lanjut demi keselamatan mereka."

Israel mengklaim telah memberikan pukulan telak terhadap Hizbullah dalam beberapa pekan terakhir, termasuk dengan membunuh pemimpin kelompok tersebut, Sayyed Hassan Nasrallah.

Baca Juga: Rusia Sebut Hizbullah Masih Terorganisasi Meski Terus Digempur Israel

Namun, Hizbullah tetap melanjutkan serangan roketnya ke Israel. Militer Israel melaporkan bahwa sekitar 40 proyektil berhasil melintasi perbatasan dari Lebanon ke Israel, beberapa di antaranya berhasil dicegat, sementara sisanya jatuh di wilayah Galilea atas.

Konflik di kawasan ini terus meluas sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel, dengan kelompok-kelompok dari Irak, Yaman, dan Lebanon ikut terlibat, sehingga memicu kekhawatiran akan perang yang lebih besar.

Percakapan Biden-Netanyahu

Biden mendesak Netanyahu untuk meminimalkan kerugian sipil di Lebanon, kata Gedung Putih, dalam panggilan telepon selama 30 menit yang "langsung dan sangat produktif" pada Rabu (9/10) mengenai potensi pembalasan Israel terhadap Iran.

Israel telah berjanji bahwa Iran akan membayar atas serangan misil pekan lalu, meskipun serangan tersebut menyebabkan sedikit kerusakan.

Teheran pun menegaskan bahwa setiap pembalasan akan disambut dengan kehancuran besar.

Baca Juga: Serangan Israel di Gaza Menewaskan Lebih dari 42.000 Warga Palestina

Meskipun ada ancaman untuk menyerang Iran, Biden pekan lalu menyarankan Israel agar tidak menyerang ladang minyak Iran dan mengatakan bahwa ia tidak akan mendukung serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.

Beberapa analis mengatakan bahwa respons Israel kemungkinan besar akan menargetkan instalasi militer Iran, khususnya yang memproduksi misil balistik seperti yang digunakan dalam serangan baru-baru ini.

Israel juga mungkin berupaya menghancurkan sistem pertahanan udara dan fasilitas peluncuran misil milik Iran.

Selanjutnya: Kian Prospektif, Ini Strategi Bank Luncurkan Fitur Paylater

Menarik Dibaca: 16 Provinsi Waspada Bencana, Simak Peringatan Dini Cuaca Besok (11/10) Hujan Deras

Editor: Yudho Winarto