KONTAN.CO.ID - KAIRO - Tentara pendudukan Israel terus melakukan serangan brutal dengan pemboman lewat udara dan darat di Jalur Gaza pada hari Jumat (29/3). Pejabat Palestina maupun militer Israel mengkonfirmasi bahwa serangan ini menewaskan puluhan warga Palestina, ketika pertempuran berkecamuk di sekitar rumah sakit utama Al Shifa di Kota Gaza. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan dua serangan Israel di pinggiran Al-Shejaia di timur Kota Gaza menewaskan 17 orang. Sementara serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Al-Maghazi di Jalur Gaza tengah menewaskan delapan orang.
Baca Juga: Korea Utara Menyalahkan Israel Atas Pertempuran di Jalur Gaza Kantor media pemerintah yang dikelola oleh pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas di Gaza mengatakan setidaknya 10 polisi, yang bertugas mengamankan bantuan bagi para pengungsi di Gaza utara, termasuk di antara mereka yang tewas di Al-Shejaia. Militer Israel mengatakan pasukannya terus melakukan operasi di sekitar kompleks Al Shifa di Kota Gaza "sambil melakukan mitigasi kerugian terhadap warga sipil, pasien, tim medis, dan peralatan medis", seraya menambahkan bahwa selama beberapa hari terakhir mereka telah membunuh sejumlah pria bersenjata dan lokasi senjata serta infrastruktur militer. Rumah Sakit Al Shifa, adalah rumah sakit terbesar di Jalur Gaza sebelum perang. Tempat ini menjadi salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang bahkan beroperasi sebagian di Gaza utara sebelum pertempuran terbaru. Itu juga menampung warga sipil yang terlantar.
Baca Juga: Media Barat Sebut Serangan Israel ke Palestina Jadikan Gaza Kuburan Massal Anak-anak Pernyataan Israel mengatakan pasukan pendudukan melakukan penggerebekan di wilayah tengah dan selatan termasuk Khan Younis dan Al-Karara, di mana tentara Israel melakukan baku tembak dengan pria bersenjata Palestina sebelum mereka membunuh kelompok tersebut dan mengklaim telah menemukan senjata serta roket. Sayap bersenjata Hamas mengatakan pejuang mereka menargetkan pasukan Israel di dekat Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, salah satu dari dua rumah sakit di kota itu yang diblokade oleh tentara Israel selama beberapa hari. Di ujung selatan Jalur Gaza, Israel melanjutkan pembomannya di Rafah, tempat perlindungan terakhir warga Palestina di mana lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza berlindung. Serangan udara terhadap sebuah rumah menewaskan 12 warga Palestina pada Kamis malam. Lebih dari 32.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober, dengan 71 orang tewas dalam 24 jam terakhir, menurut otoritas kesehatan di wilayah tersebut.
Ribuan orang lainnya diyakini terkubur di bawah reruntuhan dan lebih dari 80% warga Gaza terpaksa mengungsi, banyak di antaranya berisiko kelaparan. Perang meletus setelah militan Hamas menerobos perbatasan dan mengamuk di komunitas-komunitas di Israel selatan, menewaskan 1.200 orang dan menculik 253 sandera, menurut penghitungan Israel. Di Jalur Gaza utara, di mana PBB telah memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi pada awal Mei, seorang pria lanjut usia meninggal karena kekurangan gizi dan kekurangan obat-obatan, kata media Palestina.
Baca Juga: Menkeu Israel: Lebih Baik Warga Palestina di Gaza Pindah ke Negara Lain Pada hari Kamis, Pengadilan Dunia dengan suara bulat memerintahkan Israel untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan dan efektif untuk menjamin pasokan makanan pokok bagi penduduk Gaza dan menghentikan penyebaran kelaparan. "Perintah mengikat yang diperbarui dari @ICJ (Mahkamah Internasional) kemarin merupakan pengingat bahwa bencana situasi kemanusiaan di Jalur Gaza disebabkan oleh ulah manusia dan memburuk. Namun hal ini masih bisa dibatalkan," Philippe Lazzarini, kepala PBB. Badan pengungsi Palestina UNRWA, mengatakan pada X. “(Ini) berarti Israel harus membatalkan keputusannya dan mengizinkan @UNRWA mencapai Gaza utara dengan konvoi makanan dan nutrisi setiap hari dan membuka penyeberangan darat tambahan,” tambahnya. Awal pekan ini, UNRWA mengatakan Israel mengatakan bahwa mereka tidak akan lagi menyetujui konvoi makanannya ke Gaza utara. Empat permintaan seperti itu ditolak sejak 21 Maret, tambahnya.
Editor: Syamsul Azhar