Serangan Udara Militer Myanmar Diprediksi Tewaskan 100 Masyarakat Pro-Demokrasi



KONTAN.CO.ID - MYANMAR. Militer Myanmar melancarkan serangan udara di sebuah titik kumpul masyarakat pro-demokrasi pada hari Selasa (11/4). Dalam insiden ini, 100 orang diperkirakan tewas.

Kepada AP News, seorang saksi mata mengatakan bahwa sebuah jet tempur menjatuhkan bom langsung ke kerumunan orang yang berkumpul pada pukul 8 pagi untuk pembukaan kantor lokal gerakan oposisi negara di luar desa Pazigyi di kotapraja Kanbalu di wilayah Sagaing.

Sekitar setengah jam kemudian, sebuah helikopter muncul dan menembak ke lokasi yang berjarak sekitar 110 kilometer dari Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar.


Laporan awal menyebutkan korban tewas mencapai 50 orang, namun penghitungan lanjutan oleh media setempat menyebutkan angkanya mencapai 100 orang.

Ada sekitar 150 orang yang berkumpul dalam upacara pembukaan kantor baru tersebut, wanita dan 20 hingga 30 anak-anak juga hadir. Mereka yang tewas termasuk para pemimpin kelompok bersenjata anti-pemerintah yang dibentuk secara lokal.

Baca Juga: Pemerintah Militer Myanmar Resmi Bubarkan 40 Partai Politik

Dianggap Teroris

Juru bicara pemerintah militer, Mayor Jenderal Zaw Min Tun, secara terbuka mengakui adanya serangan tersebut dalam sebuah acara di televisi pemerintah MRTV. Melalui wawancara telepon, sang jenderal mengatakan bahwa pasukan anti-pemerintah di daerah tersebut melakukan kampanye dan teror dengan kekerasan.

"Pasukan Pertahanan Rakyat telah meneror penduduk untuk mendukung mereka, membunuh biksu Buddha, guru, dan orang lain, ketika militer mencari perdamaian dan stabilitas," kata Zaw.

Lebih lanjut, Zaw mengatakan bahwa serangan tersebut berhasil mengungkap adanya tumpukan bahan peledak yang disembunyikan oleh Pasukan Pertahanan Rakyat di sekitar lokasi.

Korban tewas akibat serangan udara hari Selasa, jika dikonfirmasi, bisa menjadi yang tertinggi dalam lebih dari dua tahun militer memerintah Myanmar.

Baca Juga: Budidaya Opium di Myanmar Berkembang Pesat Selama Militer Berkuasa

Pada bulan Oktober lalu, sebanyak 80 orang anti-militer tewas dalam sebuah serangan udara militer Myanmar. Serangan menghujam acara perayaan ulang tahun organisasi politik utama etnis minoritas Kachin yang memerangi pemerintah militer.

Militer Myanmar terus melakukan serangan besar di pedesaan, di mana mereka menghadapi beberapa perlawanan terberat di Sagaing. Pasukan anti-militer yang berjuang secara gerilya jelas tidak memiliki pertahanan terhadap serangan udara.

Militer Myanmar yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing semakin sering menggunakan serangan udara untuk melawan perjuangan bersenjata yang meluas melawan pemerintahannya. Lebih dari 3.000 warga sipil diperkirakan telah dibunuh sejak militer mengambil alih negara pada Februari 2021.