KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belanja pemerintah per November 2018 tercatat Rp 1.942,93 triliun atau setara 87,5% dari pagu APBN 2018 yang sebesar Rp 2.220,7 triliun. Serapan belanja ini tumbuh 11% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1.749,4 triliun. Ari Kuncoro, ekonom Universitas Indonesia (UI) menyebut tingginya serapan belanja pemerintah disebut sebagai strategi
counter cyclical. "Saat ekspor melambat, untuk mempertahankan momentum pertumbuhan dalam negeri, strateginya menguatkan pengeluaran," ungkap Ari menjelaskan strategi counter cyclical saat dihubungi Kontan.co.id, Jakarta (27/12).
Pada kuartal IV-2018, ekspor memang mengalami perlambatan meskipun tetap tumbuh. Pada Oktober 2018 misalnya pertumbuhan ekspor tercatat US$ 15,80 miliar atau tumbuh 3,59% secara tahunan, namun impor tumbuh lebih pesat 23,66% secara tahunan atau senilai US$ 17,62 miliar. Sedangkan ekspor November 2018 malah turun 3,28% secara tahunan. Perlambatan ekspor disebabkan oleh permintaan yang melambat dari mitra dagang Tanah Air seperti Jepang, China dan India. Ini sebagai imbas dari eskalasi perang dagang selama 2018, dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia melambat. Sedangkan faktor penghambat dari dalam negeri adalah dominasi komoditas sebagai bahan ekspor. Pasalnya komoditas mengikuti perkembangan harga minyak. Maka saat harga minyak turun, maka nilai ekspor komoditas Tanah Air juga akan ikut turun. "Ekspor masih belum terlalu menggembirakan. Saya perkirakan relatif tidak berubah dikisaran 7,5% padahal diharapkan di atas 10%," ungkap Ari. Sedangkan lonjakan impor pada Oktober 2018 terjadi karena impor mesin dan peralatan, yang bisa meningkatkan investasi pada kuartal IV-2018. Sehingga pertumbuhan investasi cukup kuat menopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2018.
Ari memprediksi pertumbuhan investasi akan dikisaran 7%. Kemudian, komposisi lain seperti konsumsi rumah tangga diprediksi tetap dikisaran 5,1%. Didorong oleh konsumsi untuk barang dan jasa seperti perhotelan dan restoran serta transportasi dan komunikasi. "Nah itu cukup baik mendorong pertumbuhan ekonomi," ungkap Ari. Dengan demikian Ari memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV akan berada dikisaran 5,18%, dan pertumbuhan keseluruhan tahun 2018 sebesar 5,22%. Ari menjelaskan, pemerintah masih bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengeluarkan dana transfer ke desa. Penggelontoran dana ke desa ini bisa sedikit menghambat pertumbuhan impor. Pasalnya dana akan diputar untuk ekonomi desa dan pembangunan infrastruktur terlebih dahulu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto