KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mulai tahun 2018, Perum Bulog tidak lagi menyalurkan beras sejahtera (rastra). Keputusan ini bisa menguncang bisnis BUMN pangan ini. Pasalnya sekitar 70% pendapatan Bulog dari pembagian raskin. Hingga akhir tahun ini, Bulog menargetkan stok beras maksimal 700.000 ton, sementara realisasi penyerapan gabah setara beras baru mencapai 2,13 juta ton per 29 November 2017 lalu atau sekitar 57% dari target 3,7 juta ton. Tergolong mini, lantaran Bulog sudah mendepatkan relaksasi harga pembelian pemerintah (HPP) naik 10% agar penyerapan bisa naik. Bandingkan dengan tahun 2016 lalu, Bulog berhasil merealisasi penyerapan sebesar 2,97 juta ton, meski tanpa relaksasi HPP.
Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat Khudori menilai wajar jika penyerapan Bulog sampai akhir tahun ini jauh lebih rendah dari realisasi tahun lalu. Ini lantaran Bulog sudah mengantisipasi hilangnya program rastra tahun depan. "Saya menilai Bulog kurang bersemangat mengejar target serapan karena tahun depan rastra tinggal 5 juta rumah tangga sasaran saja. Jumlah ini sepertiga dari jumlah total sasaran," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (3/11). Menurutnya, akan percuyma juika Bulog menyerap gabah dan beras dalam volume yang besar namun penyalurannya tidak ada. "Tanpa adanya penyaluran, Bulog bisa rugi atau bahkan bangkrut," ujarnya. Pengamat Pertanian Husein Sawit menambahkan Bulog harus menjaga keseimbangan pengadaan dan penyaluran gabah dan beras supaya stok tak banyak pasca tak lagi menyalurkan rastra. Ini perlu dilakukan Bulog karena berkaitan dengan biaya susut, penurunan mutu, dan biaya penyimpanan. Sementara Bulog selama ini melakukan pembayaran dengan menggunakan kredit komerasial dari perbankan. '"Jika rastra tak ada, penyaluran Bulog pincang, hanya bertumpu pada cadangan beras pemerintah berkisar 300.000 ton per tahun. Jumlah itu hampir sama dengan penyaluran rastra sebulan," ujar Husein. Sayangnya, Direktur Utama BuPerum log Djarot Kusumayakti belum merespon pertanyaan KONTAN seputar pasca hilangnya rastra dalam penugasan Bulog. Cadangan harus naik Menurut Husein, bila kelak Bulog diminta melakukan pengadaan lebih dari 3 juta ton, cadangan beras pemerintah harus ditingkatkan menjadi minimal 1,5 juta ton. "Tanpa itu, tahun depan, pengadaan Bulog diperkirakan akan menurun," jelasnya. Husein menambahkan, apabila penyerapan Bulog menurun, ini akan berdampak buruk pada harga gabah di tingkat petani. Nantinya harga gabah di tingkat petani akan jauh lebih rendah, khususnya pada musim panen raya mulai Februari hingga Mei.
Dengan tidak adanya penyaluran beras rastra, Hussein menduga permintaan beras medium melalui pasar akan meningkat. Ini karena program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pengganti rastra akan disalurkan melalui outlet swasta. Meski begitu, ini tak memberikan pengaruh yang besar terhadap permintaan beras premium.Direktur Utama PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) Sukarto Bujung mengatakan penghentian penyaluran beras Bulog tak berpengaruh keprodusen beras premium seperti HOKI. "Itu karena rastra merupakan beras setara medium saat ini," tuturnya. Sukarto bilang, dengan membaiknya kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia, permintaan atas beras premium justru akan meningkat. Hanya, persaingan bisnis beras premium tahun depan tetap jalan seperti biasa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini