Serapan capex Wijaya Karya Beton (WTON) sudah mencapai Rp 194 miliar hingga semster I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON, anggota indeks Kompas100) telah mengucurkan belanja modal Rp 194 miliar hingga Juni kemarin. Adapun dana tersebut mayoritas digunakan untuk pengembangan pabrik eksisting.

Kuntjara, Direktur Pemasaran Wijaya Karya Beton memaparkan bahwa tahun ini anggaran  belanja modal yang disiapkan sangat besar, yakni Rp 779 miliar. "Hingga Juni kemarin terserap Rp 194 miliar," ujarnya kepada kontan.co.id, Selasa (23/7).

Baca Juga: Pendapatan hanya tumbuh 1,2%, begini penjelasan Unilever (UNVR)


Lebih lanjut, serapan dana tersebut digunakan mayoritas untuk pengembangan pabrik eksisting 58,8%. "Melingkupi nambah peralatan, nambah cetakan, tambahan fasilitas, atau nambah lahan, semuanya dimasukkan bagian dari investasi," jelasnya.

Untuk penambahan kapasitas produksi, emiten ini membidik meningkatkan kapasitas produksi pracetak menjadi 4 juta ton/tahun dari sebelumnya 3,6 juta ton/tahun. Sedangkan realisasinya hingga saat ini total kapasitas produksi pracetak sebanyak 3,7 juta ton/tahun.

Selain itu, pihaknya juga tengah berupaya fokus pada produk ready mix yang mana disebutnya nilai kontrak dari produk tersebut tinggi. Kuntjara mencontohkan kontrak produk ready mix dari proyek di Balsam pihaknya mencatatkan nilai kontrak senilai Rp 1,3 triliun.

Baca Juga: Ini proyek yang bakal sokong raihan target kontrak baru WTON

Dengan fokus tersebut, total kapasitas produksi WTON untuk pracetak maupun ready mix bisa mencapai di kisaran 5 juta ton/tahun.

Untuk pemilihan jenis investasi guna penambahan produk itu sendiri, WTON memilih dengan pengadaan mobile plant dibandingkan memperbesar pabrik eksistingnya.

Hal tersebut lantaran biaya investasi bisa berkurang setengahnya lantaran tidak perlu membeli lahan. Walaupun begitu, pihaknya tak menutup kemungkinan menambah kapasitas di pabrik ekesistinginya.

Baca Juga: Ganti teknologi smelter, Timah (TINS) akan terbitkan surat utang Rp 1,3 triliun

Hal itu terlihat dari rencana relokasi pabriknya yang berada di Boyolali yang dinilai sudah tidak ideal lagi. "Makanya kami putuskan tambah kapasitas dengan tambah lahan baru antara lain di Ampel atau Klaten yang juga kami persiapkan untuk proyek jalan tol Semarang-Demak," ungkapnya.

Kemudian, dana yang tersalurkan lainnya untuk pengembangan usaha penunjang 29,3%, penyertaan di perusahaan anak 8,5%, dan pengelolaan gedung arsip dan laboratorium 3,4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi