JAKARTA.Serbuan impor barang elektronik dari China makin tak terbendung. Barang-barang elektronik seperti ponsel dan laptop dari China masih merajai pasar Indonesia. Pasalnya, industri dalam negeri belum ada yang mampu untuk membuatnya. "Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian sedang memfasilitasi supaya ada investasi manufaktur di Indonesia. Sehingga nanti ada nilai tambahnya meski komponennya masih impor," terang Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Ali Soebroto Oentaryo.Ali meramalkan tahun ini industri elektronik masih tetap tumbuh sebesar 15%. Salah satu pemicunya adalah tingkat permintaan elektronik di pasar domestik. Pemicu lainnya adalah karena adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin membaik. Namun, tak semua produk mengalami pertumbuhan. "Untuk TV hampir semuanya orang punya. Namun, untuk barang seperti kulkas potensinya masih besar, mesin cuci juga masih ada," jelas Ali.Kendati demikian, lebih lanjut Ali menjelaskan, yang menjadi masalah adalah kebutuhan pasar domestik masih didominasi oleh produk elektronik impor. Pada saat ini, produk buatan dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik sebesar 30%.Berbagai kebijakan pemerintah seperti labelisasi bahasa Indonesia, Permendag nomor 39, dan standar nasional Indonesia (SNI) wajib memang mampu menekan impor. Saat ini, SNI wajib baru diterapkan pada produk televisi cembung, pompa air, dan seterika yang baru saja dimulai April 2010. Tahun depan, SNI wajib baru akan diterapkan pada produk mesin cuci, lemari es, dan pendingin ruangan. "Kebijakan pemerintah yang non-tariff barrier itu kan hanya menghambat bukan melarang impor, jadi otomatis impor akan sulit masuk," ucap Ali.Invasi China juga merambah ke industri otomotif dalam negeri. A Budi Pramono, Presiden Direktur PT Geely Mobil Indonesia mengatakan, pasar Indonesia empuk di mata China karena memiliki pontensi pasar yang besar. "Jumlah penduduk Indonesia yang besar menjadi daya tarik bagi Geely," kata Budi. Daya tarik inilah yang bikin Geely pada April tahun lalu menjajal pasar Indonesia lewat MK sedan dan MK hatchback. Kedua varian yang diimpor dalam bentuk rangkaian terpisah alias completely knocked down (CKD) itu dijual masing-masing seharga Rp 150 juta dan Rp 135 juta per unit. Geely mengharapkan penjualan tahun ini bisa mencapai 2.000-2.500 unit, atau tumbuh 150%-212,5% dari penjualan tahun lalu. Selain itu terdapat pula tekstil dan produk tekstil (TPT). Salah satu produk China yang gencar penetrasi pasar Indonesia adalah alas kaki. Menurut Dewan Penasihat Asprisindo, Djimanto, tahun 2010 penjualan alas kaki domestik mencapai Rp 24 trilun. Pada 2011 penjualan alas kaki domestik bisa mencapai Rp 27 triliun. Namun dari angka tersebut 40% masih dikuasai impor, yakni China. "Tapi porsi domestik masih besar," ungkapnya.
Serbuan produk China ke pasar lokal makin menggila
JAKARTA.Serbuan impor barang elektronik dari China makin tak terbendung. Barang-barang elektronik seperti ponsel dan laptop dari China masih merajai pasar Indonesia. Pasalnya, industri dalam negeri belum ada yang mampu untuk membuatnya. "Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian sedang memfasilitasi supaya ada investasi manufaktur di Indonesia. Sehingga nanti ada nilai tambahnya meski komponennya masih impor," terang Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Ali Soebroto Oentaryo.Ali meramalkan tahun ini industri elektronik masih tetap tumbuh sebesar 15%. Salah satu pemicunya adalah tingkat permintaan elektronik di pasar domestik. Pemicu lainnya adalah karena adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin membaik. Namun, tak semua produk mengalami pertumbuhan. "Untuk TV hampir semuanya orang punya. Namun, untuk barang seperti kulkas potensinya masih besar, mesin cuci juga masih ada," jelas Ali.Kendati demikian, lebih lanjut Ali menjelaskan, yang menjadi masalah adalah kebutuhan pasar domestik masih didominasi oleh produk elektronik impor. Pada saat ini, produk buatan dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik sebesar 30%.Berbagai kebijakan pemerintah seperti labelisasi bahasa Indonesia, Permendag nomor 39, dan standar nasional Indonesia (SNI) wajib memang mampu menekan impor. Saat ini, SNI wajib baru diterapkan pada produk televisi cembung, pompa air, dan seterika yang baru saja dimulai April 2010. Tahun depan, SNI wajib baru akan diterapkan pada produk mesin cuci, lemari es, dan pendingin ruangan. "Kebijakan pemerintah yang non-tariff barrier itu kan hanya menghambat bukan melarang impor, jadi otomatis impor akan sulit masuk," ucap Ali.Invasi China juga merambah ke industri otomotif dalam negeri. A Budi Pramono, Presiden Direktur PT Geely Mobil Indonesia mengatakan, pasar Indonesia empuk di mata China karena memiliki pontensi pasar yang besar. "Jumlah penduduk Indonesia yang besar menjadi daya tarik bagi Geely," kata Budi. Daya tarik inilah yang bikin Geely pada April tahun lalu menjajal pasar Indonesia lewat MK sedan dan MK hatchback. Kedua varian yang diimpor dalam bentuk rangkaian terpisah alias completely knocked down (CKD) itu dijual masing-masing seharga Rp 150 juta dan Rp 135 juta per unit. Geely mengharapkan penjualan tahun ini bisa mencapai 2.000-2.500 unit, atau tumbuh 150%-212,5% dari penjualan tahun lalu. Selain itu terdapat pula tekstil dan produk tekstil (TPT). Salah satu produk China yang gencar penetrasi pasar Indonesia adalah alas kaki. Menurut Dewan Penasihat Asprisindo, Djimanto, tahun 2010 penjualan alas kaki domestik mencapai Rp 24 trilun. Pada 2011 penjualan alas kaki domestik bisa mencapai Rp 27 triliun. Namun dari angka tersebut 40% masih dikuasai impor, yakni China. "Tapi porsi domestik masih besar," ungkapnya.