KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk kesekian kalinya, para pekerja PT Pertamina Gas (Pertagas) menolak aksi akusisi 51% saham Pertagas oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Para pekerja Pertagas di Semarang dan Kalimantan bahkan menggelar aksi unjukrasa terkait keputusan akusisi tersebut. Ketua Serikat Pekerja Pertagas, Nugeraha Junaedy menyebutkan, tidak hanya para pekerja di Semarang dan Kalimantan yang menolak akuisisi Pertagas. Bahkan, Serikat Pekerja Pertagas di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, serta di wilayah Jakarta menolak akuisisi Pertagas oleh PGN. Bukan hanya itu, Nugeraha mengklaim Serikat Pekerja Pertamina juga menolak kebijakan holding BUMN migas tersebut. "Tidak hanya Serikat Pekerja Pertagas, seluruh serikat pekerja di bawah Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) yang terdiri dari marketing operation region (MOR), refinery unit (RU), perkapalan, Pertamina EP, Pertamina Geothermal Energi se-Indonesia menolak hal yang sama," ungkap Nugeraha kepada KONTAN, Minggu (15/7) lalu.
Serikat pekerja tolak akuisisi Pertagas
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk kesekian kalinya, para pekerja PT Pertamina Gas (Pertagas) menolak aksi akusisi 51% saham Pertagas oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Para pekerja Pertagas di Semarang dan Kalimantan bahkan menggelar aksi unjukrasa terkait keputusan akusisi tersebut. Ketua Serikat Pekerja Pertagas, Nugeraha Junaedy menyebutkan, tidak hanya para pekerja di Semarang dan Kalimantan yang menolak akuisisi Pertagas. Bahkan, Serikat Pekerja Pertagas di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan, serta di wilayah Jakarta menolak akuisisi Pertagas oleh PGN. Bukan hanya itu, Nugeraha mengklaim Serikat Pekerja Pertamina juga menolak kebijakan holding BUMN migas tersebut. "Tidak hanya Serikat Pekerja Pertagas, seluruh serikat pekerja di bawah Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) yang terdiri dari marketing operation region (MOR), refinery unit (RU), perkapalan, Pertamina EP, Pertamina Geothermal Energi se-Indonesia menolak hal yang sama," ungkap Nugeraha kepada KONTAN, Minggu (15/7) lalu.