Sering banjir, properti Kelapa Gading tetap laris



JAKARTA.  Kendati seringkali dilanda banjir, harga tanah dan properti di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, tidak pernah tergelincir. Bahkan terus melejit hingga mencapai Rp 50 juta hingga Rp 80 juta per meter persegi.

Member Broker Century 21 Indonesia, Ali Hanafia, mengutarakan pendapatnya terkait fenomena bisnis properti di Jakarta, kepada Kompas.com, Jumat (23/1).

"Harga rumah di Bukit Gading Villa, untuk ukuran 1.000 meter persegi sekarang sudah mencapai Rp 100 miliar. Dan itu ada yang beli, sementara harga rukonya mencapai Rp 10 miliar sampai Rp 15 miliar per unit. Ada pun harga tanah di kawasan komersialnya sudah menembus angka Rp 80 juta per meter persegi," tutur Ali.


Terkait banjir yang setiap tahun melanda kawasan dengan sebutan Kepala Naga ini, Ali mengatakan, tidak memengaruhi minat pasar untuk tetap mengincar Kelapa Gading.

Dia menuturkan, banyak orang daerah yang ingin meningkatkan status sosialnya dengan membeli properti di Kelapa Gading. Demikian halnya dengan orang-orang yang bekerja di luar negeri dan kembali ke Indonesia, pasti membeli properti yang menawarkan prestise dan potensi investasi tinggi.

"Itu yang membuat harga tanah dan properti di Kelapa Gading tak pernah turun. Selain itu, Kelapa Gading, bersama Muara Karang dan Pluit merupakan "kota mandiri" yang tumbuh secara alami. Semua fasilitas lengkap, mulai dari mal, rumah sakit, sekolah, kantor, sarana olahrga dan lain-lain, sehingga warganya tidak perlu ke luar kawasan untuk beraktivitas maupun bekerja," tambah Ali.

Selain kelengkapan fasilitas, Kelapa Gading juga dapat diakses dengan mudah oleh jaringan transportasi publik, dan juga memadainya kondisi infrastruktur.

"Banjir hanya masalah teknis dan itu bisa dikendalikan. Dan sebetulnya barometer banjir di Jakarta Utara ini bukan Kelapa Gading, melainkan Pluit dan Muara Karang. Tapi banjir hanya setahun sekali, dan kondisinya tidak separah 1997 dan 2007. Sekarang sudah mulai rendah ketinggian airnya berkat pompa raksasa (polder) yang dibangun di Pluit, dan Kanal Banjir Timur," lanjut Ali.

Jadi, tambah dia, warga Kelapa Gading tidak akan memutuskan relokasi ke wilayah lainnya hanya karena banjir yang terjadi setahun sekali ini. "Banjir tidak sampai membuat warga memutuskan pindah atau menjual tanah dan propertinya," imbuh Ali.

Dia melanjutkan, semua properti komersial tidak pernah sepi dan selalu buka dengan jam operasi dari pagi sekitar pukul 07.00 WIB hingga 23.00 WIB. Sehingga aktivitas bisnis selalu berdenyut. Hal ini yang membuat orang-orang luar tetap mengincar Kelapa Gading dan mendorong harga tumbuh 20 persen hingga 30 persen setiap tahun. (Hilda B. Alexander)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia