KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menghimbau nasabah untuk selalu mewaspadai modus-modus kejahatan perbankan, terutama menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Executive Vice President Center of Digital BCA Wani Sabu mengatakan, sebagian besar laporan kejahatan perbankan yang diterima BCA adalah dengan
modus social engineering (soceng) atau sekitar 99%. Modus soceng bisa dilakukan dengan beragam cara. Misalnya, penjahat berpura-pura sebagai kurir paket yang mengirimkan
link resi lewat WhatsApp, atau berpura-pura sebagai petugas
customer service bank, mengirim surat undangan pernikahan, hingga meminta
upgrade menjadi nasabah prioritas.
Lewat modus soceng, penjahat memancing masyarakat untuk mengeluarkan data pribadinya seperti PIN,
password, kode OTP, dan data lain yang kemudian dimanfaatkan penjahat untuk membobol rekening nasabah tersebut.
Baca Juga: Bank Danamon Catat Transaksi Pembiayaan pada IIMS 2023 Naik 31% Ia bilang, jika kejahatan perbankan terjadi karena kelalaian nasabah yang memberikan data pribadinya maka bank tidak akan mengganti dananya. Pihak bank hanya akan melakukan penggantian jika dana nasabah yang dibobol karena kelemahan sistem IT bank dan adanya
human error atau kesalahan karyawan bank. “Kendati begitu, setiap
social engineering tetap kita analisis kasus per kasus. Tidak semua disamakan penyelesaiannya," jelas Wani dalam diskusi PrimaTalk, Rabu (8/3). "Namun, secara umum kami membantu nasabah yang jadi korban dengan berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menangkap para penjahatnya. Oleh karena itu, kami meminta nasabah untuk selalu mewaspadai modus-modus kejahatan perbankan,” katanya. Sementara untuk kasus kejahatan perbankan dengan modus
skimming di BCA saat ini dipastikan sudah tidak ada. Wani mengatakan, hal itu dikarenakan semua kartu ATM yang digunakan sudah berbasis chip, tak ada lagi menggunakan
magnetic stripe. Wani memperkirakan modus soceng akan meningkat menjelang bulan Ramadan. Penjahat biasanya memanfaatkan antusiasme berbelanja masyarakat yang tinggi, terutama lewat
e-commerce. Dia bilang, pada momentum jelang libur hari raya keagamaan, masyarakat cenderung akan lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli sepatu, pakaian,
handphone, kue lebaran, hingga mobil baru untuk mudik Lebaran. Tahun lalu, kata Wani, para penjahat dengan modus soceng paling banyak dilakukan saat nasabah ingin membeli
handphone, baju, mobil, tas, dan motor untuk memancing para korbannya. Namun, saat ini paling banyak adalah
gadget, fashion, mobil, tas dan motor.
Baca Juga: BCA Catatkan Pertumbuhan Nasabah Solitaire dan Prioritas pada Awal Tahun Secara tren, kata Wani, laporan atau aduan kejahatan perbankan dengan modus soceng yang diterima BCA tahun 2021 meningkat dari tahun sebelumnya karena penjahat memanfaatkan situasi pandemi Covid-19. Namun, pada tahun 2022 mengalami sedikit penurunan. Adapun di awal tahun 2023 ini trennya juga masih cenderung menurun. Dalam satu bulan, BCA menerima sekitar 1.500 laporan penipuan modus soceng. “Tapi bukan masalah rekening banknya dipakai, tapi dia tertipu entah transfer ke bank lain, entah transfer ke
e-commerce,"pungkas Wani. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi