Setangkup laba dari bisnis burger



JAKARTA. Sepertinya, kudapan dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat, makin cocok di lidah masyarakat Indonesia. Misalnya saja burger. Roti bundar berisi daging dan beraneka sayuran segar ini, mudah ditemui di berbagai sudut kota.

Tak hanya di kota besar, menu burger sudah merambah ke berbagai daerah. Buktinya, kian banyak bermunculan gerai burger dengan berbagai merek dagang. Baik dari gerai burger bertaraf internasional yang menggurita dengan sistem waralaba, hingga gerai burger berskala usaha kecil dan menengah (UKM).

Peluang itulah yang dimanfaatkan Augustinus Dwi Putranto ketika mencoba peruntungan di bisnis burger sejak tahun 2000. Dia membuka gerai burger di Mall Ciputra, Semarang, dengan mengusung merek dagang Mr. Burger.


Usahanya sukses dan berkembang pesat. Saat ini dia sudah memiliki 21 cabang yang tersebar di Solo, Yogyakarta, dan Semarang. "Merek usaha saya ubah menjadi Big Burger beberapa tahun lalu agar lebih mudah diingat," ujar Augus.

Augustinus mengklaim, burger buatannya berbeda dengan burger lain dari segi rasa daging sapi. Daging sapi yang dibuat sendiri plus rasa mayones khas Big Burger menjadi keunggulannya.

Tiga paket kemitraan

Belakangan, banyak konsumen Big Burger tertarik turut menjualnya. Lantaran permintaan menjadi mitra cukup banyak, Augus membuka kesempatan kemitraan Big Burger sejak September 2009. Dalam waktu tak sampai setahun, Augus sudah memiliki 112 mitra di berbagai kota. Seperti Yogyakarta, Semarang, Solo, Salatiga, Sragen, dan kota-kota lain di Jawa.

Saat ini Augustinus menawarkan tiga paket kemitraan. Pertama, Paket Mini Conter dengan investasi sebesar Rp 15 juta. Kedua, Paket Mini Kafe senilai Rp 35 juta. Ketiga, Paket Gerai Master dengan investasi awal Rp 60 juta.

Untuk paket pertama, mitra hanya mendapatkan booth standar dengan ukuran 2x2,5 meter (m) dan pelatihan. Biasanya, Paket Mini Counter ini cocok untuk usaha yang berlokasi di depan minimarket atau di dalam mal.

Pembeli paket kedua mendapat booth standar dan konter kecil di luar ruangan serta satu set meja dan kursi, neon box serta pelatihan.

Sedangkan pembeli paket ketiga akan mendapat booth untuk memasak dan penyajian yang terpisah, dilengkapi lima set meja dan kursi. Dalam paket ini, mitra juga akan mendapatkan payung kafe, neon box, serta pelatihan.

Augus tidak menarik biaya royalti. Tapi, selain harus membeli bahan baku darinya, mitra juga harus membayar biaya keanggotaan Rp 100.000 per bulan, yang dibayarkan pada bulan ketiga setelah beroperasi.

Harga burger Big Burger relatif terjangkau, yakni berkisar Rp 7.000-Rp 11.000 per tangkup. Mitra juga boleh mengembangkan menu minuman yang bisa menambah pendapatan. "Margin laba dari menjual minuman bisa sampai 30%," katanya.

Rahmad Hidayat, salah seorang mitra Big Burger di Tasikmalaya, Jawa Barat, bilang, respon masyarakat terhadap Big Burger di kotanya melebihi perkiraan awal. Pada hari pertama beroperasi, dia bisa menjual 44 burger. Penjualannya terus meningkat, dan kini rata-rata 75 burger per hari.

Dengan laba sekitar Rp 8,5 juta per bulan, Rahmad optimistis bisa balik modal dalam waktu tujuh bulan. "Saat ini usaha saya sudah menginjak bulan kelima," ujarnya.

Big Burger

Mall Ciputra, SO 38-39, Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah

HP. 081802619692

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: