JAKARTA. Dulu musuh, kini jadi teman. Hal ini bisa terlihat dari aksi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang menjalin kerjasama dengan layanan video sesuai permintaan atau video on demand asal Amerika Serikat yakni Netflix. Padahal, awal tahun lalu, perusahaan pelat merah ini sempat memblokir layanan konten tersebut lantaran dianggap bisa ilegal. Kedua pihak kini duduk bareng dan sepakat. Netflix bersedia mematuhi peraturan yang berlaku soal film di Indonesia. Misalnya soal sensor. Telkom berencana tidak lagi memblokir layanan tersebut. "Kalau sudah sesuai, Telkom tidak perlu lagi memblokir Netflix," ucap Dian Rachmawan, Direktur Konsumer Telkom, dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, Rabu (12/4). Sementara Vice President Consumer Marketing and Sales Telkom Jemy Confido menyebutkan, penandatanganan kerjasama di antara kedua perusahaan ini memang masih belum dilaksanakan. Ia memperkirakan, kerjasama kemitraan bisnis tersebut bakal berlangsung beberapa pekan ke depan.
Meski begitu, Jemy mengklaim, sejauh ini kedua pihak masih belum membahas soal target bisnis dari hasil kolaborasi bisnis tersebut. "Yang pasti win-win , asal tetap dalam ketentuan yang berlaku," ungkap Jemy kepada KONTAN, kemarin (12/4). Bila perusahaan pelat merah ini menjadi bermitra dengan Netflix, mitra kerja Telkom di bisnis konten video ini bakal bertambah. Perusahaan ini juga sudah menjalin dengan beberapa penyedia konten video atau film on demand. (lihat tabel). Anak usaha Telkom, Telkomsel juga agresif menjalin kerjasama layanan video. Kemarin, Telkomsel resmi menggandeng Catchplay, yang menawarkan film-film blockbuster Hollywood terbaru, tiga bulan setelah tayang di bioskop. "Kehadiran Catchplay menambah ragam pilihan hiburan video digital yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan Telkomsel," kata Venusiana Papasi, SVP Consumer Marketing Telkomsel, Rabu (12/4) YouTube dominan Tak cuma Grup Telkom, PT Indosat Tbk yang sudah jalin kerjasama dengan Iflix tahun lalu. Begitu juga Tri juga telah menyambungkan akses ke TV streaming berbayar Hooq. Konten layanan asal Singapura ini lebih condong menampilkan konten film Hollywood dan luar negeri lain. Meski ada konten film lokal. Menurut Wakil Presiden Direktur Hutchison 3 Indonesia Danny Buldansyah, kehadiran layanan konten on demand ini bisa memberi respons positif bagi perusahaan ini. Sayang, ia tidak merinci target kontribusi layanan tersebut. Yang jelas, menurutnya, konten ini bisa menjadi pilihan setelah YouTube.