JAKARTA. Krisis yang terjadi di India tentunya membuat tekanan terhadap emiten batubara semakin besar. Tidak berhenti sampai di situ, bahkan dikabarkan jika India sudah memutus beberapa kontrak jual beli batubara dari Indonesia.Salah satu emiten yang terkena eksposur paling besar dari kondisi ini adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Menyiasati kondisi seperti ini, manajemen coba melirik pasar batubara di negara lain, khususnya di luar kawasan Asia."Kami coba buka peluang di kawasan pasifik, antara Amerika Serikat (AS) atau Hawaii," tulis manajemen ITMG melalui surat elektronik kepada KONTAN, (23/9).Untuk Hawaii, ITMG telah merealisasikan penjualan batubaranya. Semester I, penjualan batubara ke Hawaii mampu menyumbang pendapatan US$ 18,42 juta. Tapi, untuk bidikan kawasan AS, manajemen belum bisa mengungkapkan rincian berapa target penjualannya ke kawasan ini. Tapi yang jelas, hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi jika nantinya pihak India memutus kontrak jual beli batubara dengan ITMG.Maklum saja, India merupakan salah satu negara yang menyerap produk ITMG. Pada semester I kemarin, ITMG memproduksi batubara seberat 14,3 juta ton dan sebesar 10,49% -nya, atau setara 1,5 juta ton merupakan produk batubara yang dijual ke India."Tapi, hingga hari ini belum ada pembatalan ataupun renegoisasi kontrak. Jadi, sejauh ini belum ada dampak apapun, dan tidak ada perubahan target," jelas manajemen.Sekadar menyegarkan kembali, ITMG gagal menahan penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara. Anak usaha perusahaan Thailand, Banpu Ltd, ini hanya mampu membukukan laba bersih US$ 123,43 juta di semester I-2013. Angka ini turun 50% dari periode sama 2012 sebesar US$ 246,74 juta. Penurunan laba bersih tidak terlepas dari kinerja penjualan ITMG. Sepanjang semester I-2013, penjualan bersih ITMG menurun 9,5% menjadi US$ 1,09 miliar. Ini karena melempemnya penjualan ke kawasan Asia Timur seperti Taiwan, China, Hong Kong, dan Korea. Kontribusi di area ini turun 26,49% menjadi US$ 423,51 juta sepanjang semester I. Penjualan batubara ke India juga tidak bergairah. Angkanya menurun 19,49% menjadi US$ 90 juta. Pada kesempatan sebelumnya, Fajar Indra, Analis Panin Sekuritas dalam risetnya menulis, kinerja keuangan ITMG yang memburuk disebabkan oleh ASP batubara yang turun. Di periode semester pertama tahun ini, ASP batubara ITMG hanya US$ 77,2 atau anjlok 25,8% dari setahun sebelumnya.Langkah efisiensi ITMG belum berdampak signifikan. Nisbah kupas (stripping ratio) memang turun. Di semester I 2013, nisbah kupas ITMG 11,6 kali, turun 11,2% dari akhir Juni 2012 yang 12,6 kali. "Namun, hal itu belum berdampak banyak karena tajamnya penurunan harga jual," pungkas Fajar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Setelah Hawaii, ITMG lirik pasar Amerika Serikat
JAKARTA. Krisis yang terjadi di India tentunya membuat tekanan terhadap emiten batubara semakin besar. Tidak berhenti sampai di situ, bahkan dikabarkan jika India sudah memutus beberapa kontrak jual beli batubara dari Indonesia.Salah satu emiten yang terkena eksposur paling besar dari kondisi ini adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Menyiasati kondisi seperti ini, manajemen coba melirik pasar batubara di negara lain, khususnya di luar kawasan Asia."Kami coba buka peluang di kawasan pasifik, antara Amerika Serikat (AS) atau Hawaii," tulis manajemen ITMG melalui surat elektronik kepada KONTAN, (23/9).Untuk Hawaii, ITMG telah merealisasikan penjualan batubaranya. Semester I, penjualan batubara ke Hawaii mampu menyumbang pendapatan US$ 18,42 juta. Tapi, untuk bidikan kawasan AS, manajemen belum bisa mengungkapkan rincian berapa target penjualannya ke kawasan ini. Tapi yang jelas, hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi jika nantinya pihak India memutus kontrak jual beli batubara dengan ITMG.Maklum saja, India merupakan salah satu negara yang menyerap produk ITMG. Pada semester I kemarin, ITMG memproduksi batubara seberat 14,3 juta ton dan sebesar 10,49% -nya, atau setara 1,5 juta ton merupakan produk batubara yang dijual ke India."Tapi, hingga hari ini belum ada pembatalan ataupun renegoisasi kontrak. Jadi, sejauh ini belum ada dampak apapun, dan tidak ada perubahan target," jelas manajemen.Sekadar menyegarkan kembali, ITMG gagal menahan penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara. Anak usaha perusahaan Thailand, Banpu Ltd, ini hanya mampu membukukan laba bersih US$ 123,43 juta di semester I-2013. Angka ini turun 50% dari periode sama 2012 sebesar US$ 246,74 juta. Penurunan laba bersih tidak terlepas dari kinerja penjualan ITMG. Sepanjang semester I-2013, penjualan bersih ITMG menurun 9,5% menjadi US$ 1,09 miliar. Ini karena melempemnya penjualan ke kawasan Asia Timur seperti Taiwan, China, Hong Kong, dan Korea. Kontribusi di area ini turun 26,49% menjadi US$ 423,51 juta sepanjang semester I. Penjualan batubara ke India juga tidak bergairah. Angkanya menurun 19,49% menjadi US$ 90 juta. Pada kesempatan sebelumnya, Fajar Indra, Analis Panin Sekuritas dalam risetnya menulis, kinerja keuangan ITMG yang memburuk disebabkan oleh ASP batubara yang turun. Di periode semester pertama tahun ini, ASP batubara ITMG hanya US$ 77,2 atau anjlok 25,8% dari setahun sebelumnya.Langkah efisiensi ITMG belum berdampak signifikan. Nisbah kupas (stripping ratio) memang turun. Di semester I 2013, nisbah kupas ITMG 11,6 kali, turun 11,2% dari akhir Juni 2012 yang 12,6 kali. "Namun, hal itu belum berdampak banyak karena tajamnya penurunan harga jual," pungkas Fajar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News