KONTAN.CO.ID - CANBERRA. Setelah berhasil mengamankan kapal selam bertenaga nuklir lewat aliansi AUKUS, kini Australia berencana mendatangkan hingga 220 rudal Tomahawk dari AS. Harapan Australia itu berbuah manis karena pada hari Jumat (17/3) Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan tersebut. Dilansir dari
AP News, penjualan rudal ke Australia itu akan dibanderol hampir US$ 900 juta. Kontraktor utamanya adalah Raytheon Missiles and Defense yang berbasis di Arizona.
"Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat. Australia adalah salah satu sekutu terpenting kami di Pasifik Barat," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Lockheed Martin Incar Lebih Banyak Pengiriman Jet Tempur F-35 ke Australia Kepastian itu disambut baik oleh Menteri Pertahanan Australia Richard Marles. Ia mengatakan Australia siap bekerja bekerja sama dengan AS selama proses transaksi berlangsung. "Memastikan kami memiliki rudal serang jarak jauh adalah kemampuan yang sangat penting bagi negara. Ini memungkinkan kami untuk dapat menjangkau lebih jauh di luar pantai kami, dan pada akhirnya itulah cara kami dapat menjaga keamanan Australia," kata Marles. Dari otoritas pertahanan, Menteri Industri Pertahanan Australia Pat Conroy yakin bahwa rudal Tomahawk AS akan mampu ditembakkan dari kapal selam kelas Virginia yang akan dibeli Australia melalui kesepakatan AUKUS.
Baca Juga: AUKUS: Program Kapal Selam Nuklir Australia Bernilai US$ 245 Miliar "Kami tentu menginginkan kemampuan terbaik untuk Angkatan Pertahanan Australia. Rudal jelajah adalah bagian penting dari itu, begitu pula kapal selam yang meluncurkannya," kata Conroy kepada Australian Broadcasting Corp. (ABC News). Pejabat Australia memperkirakan biaya pengadaan kapal selam nuklir berkisar antara US$ 178-US$ 245 miliar. Biaya itu sudah mencakup segala kebutuhan yang diperlukan selama tiga dekade pembangunan. Jika semuanya berjalan lancar, kapal selam pertama Australia pemberian AUKUS ini akan dikirim pada tahun 2042. Satu kapal akan dibangun setiap tiga tahun hingga armada mencapai delapan unit. Selama proses pembuatan berjalan, kapal selam bertenaga nuklir milik AS akan semakin intensif berkunjung ke wilayah barat Australia. Sementara itu, kapal selam Inggris baru akan mulai berkunjung pada 2026.