Setelah Omicron, Di Siprus Temukan Covid-19 Deltacron, Apa Itu?



KONTAN.CO.ID - Nicosia. Kasus Covid-19 Omicron terus meningkat di berbagai negara. Kini muncul lagi Covid-19 baru, yakni Deltacron. Apa itu Covid-19 Deltacron?

Para ilmuwan di Siprus telah mengidentifikasi 25 pasien terinfeksi varian “Deltacron”. Deltacron varian Covid-19 yang menggabungkan varian Delta dan Omicron.

Leonidos Kostrikis, profesor ilmu biologi di Universitas Siprus, mengatakan Covid-19 varian “Deltacron” memiliki struktur genetik yang mirip varian Omicron dengan genom Delta. Timnya telah mengidentifikasi 25 kasus varian hibrida Covid-19 Deltacron sejauh ini dan masih terlalu dini untuk menilai dampaknya, menurut laporan Bloomberg.


Dari yang teridentifikasi Covid-19 Deltacron, 11 di antaranya adalah pasien yang sudah dirawat di rumah sakit dengan Covid-19, dan 14 di antaranya adalah masyarakat umum. “Kita akan melihat selanjutnya jika jenis ini lebih patologis atau lebih menular atau jika itu mulai dominan,” ujar Kostrikis melansir Daily Mail pada Minggu (9/1/2022).

Para ilmuwan telah mengirimkan temuan Covid-19 Deltacron tersebut ke GISAID, database internasional yang melacak virus. Infeksi Covid biasanya hanya melibatkan satu strain mutan, tetapi dalam kasus yang sangat jarang, dua varian dapat menyerang pada saat yang bersamaan. Jika ini juga menginfeksi sel yang sama, mereka mungkin dapat bertukar DNA dan bergabung untuk membuat varian baru virus corona.

Bulan lalu, pemimpin Moderna memperingatkan tentang mutan hibrida yang dia khawatirkan akan lebih buruk daripada yang saat ini melanda seluruh dunia. Dr Paul Burton, Pemimpin perusahaan medis pembuat vaksin Covid-19 itu, memperingatkan tingginya jumlah Delta dan Omicron membuat kombinasi itu mungkin terjadi.

Baca Juga: Jakarta Terancam Gelombang Ketiga Covid-19, Simak Cara Mencegah Omicron

Dia mengatakan kepada anggota parlemen di Komite Sains dan Teknologi, bahwa 'pasti' mungkin virus dapat bertukar gen dan memicu varian yang lebih berbahaya. Para peneliti telah memperingatkan bahwa peristiwa-peristiwa ini, yang secara ilmiah disebut 'peristiwa rekombinasi', mungkin terjadi.

Tetapi, itu memerlukan kondisi yang sangat spesifik dan kebetulan dari sebagian besar peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Hanya tiga varian Covid, yang dibuat oleh virus yang bertukar gen yang sebelumnya telah dicatat.

Virus tersebut sebagian besar mengandalkan mutasi acak untuk membuat lebih banyak varian. Varian baru tidak muncul selama dua bulan ketika varian Delta mengalahkan varian Alpha melalui metode ini.

Dalam satu kasus, peristiwa rekombinasi terjadi di Inggris ketika varian Alpha bergabung dengan B.1.177, yang pertama kali muncul di Spanyol, pada akhir Januari 2021. Itu menyebabkan 44 kasus sebelum akhirnya menghilang.

Para ilmuwan di California mengatakan mereka telah mengidentifikasi varian rekombinasi lain pada Februari tahun lalu, dengan galur Kent bergabung dengan B.1.429 yang pertama kali terlihat di daerah tersebut. Strain baru ini juga menyebabkan sangat sedikit kasus, dan dengan cepat menghilang.

Covid-19 sebagian besar mengandalkan mutasi acak untuk mengembangkan varian baru. Ini terjadi ketika virus membuat salinan dirinya sendiri, dan kesalahan muncul pada gennya.

Dalam kebanyakan kasus, perubahan ini tidak berbahaya. Tetapi kadang, proses itu dapat menimbulkan keuntungan seperti lebih mudah menular atau lebih mampu menghindari vaksin Covid-19.

Diperkirakan bahwa varian Omicron muncul pada infeksi yang menetap pada orang yang sistem kekebalannya terganggu. Itu memungkinkan virus untuk bermutasi beberapa kali, untuk “melatih” dirinya menjadi lebih baik dalam menginfeksi manusia dan menghindari kekebalan sebelumnya.

Covid-19 Deltacron kesalahan lab?

Dilansir dari Kompas.com, para ahli Inggris pada Senin (10/1/2022) mengatakan, dugaan mutasi virus corona berjuluk Deltacron yang ditemukan di laboratorium Siprus kemungkinan besar adalah kontaminasi lab, bukan varian baru yang mengkhawatirkan.

Meskipun ada kemungkinan menggabungkan virus corona secara genetik, itu jarang terjadi, dan para ilmuwan yang menganalisis penemuan yang disebut Covid-19 "Deltacron" mengatakan, itu tidak mungkin.

"Urutan 'Deltacron' Siprus yang dilaporkan oleh beberapa media besar terlihat jelas merupakan kontaminasi," ujar Tom Peacock, ahli virologi dengan departemen penyakit menular di Imperial College London, dalam twitnya akhir pekan lalu.

Jeffrey Barrett, kepala Inisiatif Genomik Covid-19 di Institut Wellcome Sanger Inggris, mengatakan bahwa dugaan mutasi terletak pada bagian genom yang rentan terhadap kesalahan dalam prosedur pengurutan tertentu. "Ini (Covid-19 Deltacron) hampir pasti bukan rekombinan biologis dari garis keturunan Delta dan Omicron," katanya pada Senin dikutip dari AFP.

Itulah informasi mengenai Covid-19 Deltacron. Apapun jenis virusnya, kasus Covid-19 kembali naik, kita harus menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penularan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siprus Temukan 25 Kasus Varian Deltacron, Gabungkan Varian Delta dan Omicron",

Penulis : Bernadette Aderi Puspaningrum Editor : Bernadette Aderi Puspaningrum

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Editor: Adi Wikanto