Setelah TOSS, PLN punya JOSS



KONTAN.CO.ID - Mataram. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menambah upaya untuk membantu pemerintah daerah mengatasi masalah sampah. Terbaru, PLN bersama anak usaha PT Indonesia Power mengembangkan penggunaan pelet sampah di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang berkapasitas 3 x 25 Megawatt (MW) yang berlokasi di Desa Taman Ayu, Lombok Barat.

PLTU ini memiliki program JOSS untuk memanfaatkan sampah organik sebagai salah satu bahan bakar pembangkit. JOSS merupakan kepanjangan dari Jeranjang Olah Sampah Setempat.

Sebelumnya,  Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) Pesanggaran di Bali yang juga dikelola Indonesia Power sudah lebih dulu menjalankan program tersebut sejak pertengahan tahun 2019. Program itu bertajuk TOSS, Tempat Olah Sampah Setempat.


PLH Manager PLTU Jeranjang, Nandang Safrudin, menjelaskan sudah uji coba penggunaan pelet sampah sejak tahun lalu. Uji coba berhasil tanpa efek negatif apapun. "Paling optimal, pelet sampah sebagai campuran untuk bahan bakar pembangkit, dengan komposisi 3%, sedangkan 97% tetap batubara," ucap Nandang saat pemaparan kepada wartawan, Selasa (11/2).

Dalam satu jam kondisi maksimal, PLTU Jeranjang membutuhkan 200 ton batubara sebagai bahan bakar. Dengan substitusi sebesar 3%, maka kebutuhan pelet sampah per jam mencapai 600 kilogram.

PLN telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB melakukan pendampingan kepada pengelola Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kebon Kongok untuk mengubah sampah menjadi pelet. Nantinya PLN akan membeli pelet tersebut. Di Bali, harga pelet sebesar Rp 300 per kilogram (kg).

Selain sebagai solusi masalah sampah, ini akan menghemat biaya. Pasalnya, harga batubara mencapai Rp 700 per kg. "Potensi penghematan belum diperhitungkan, setidaknya dengan program ini, kami membantu mewujudkan Program Zero Waste yang diusung pemerintah Provinsi NTB," tambah M Suhada, Manajer Eksternal Stakeholder PT Indonesia Power.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto