KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ratusan ribu orang lagi diperintahkan untuk tinggal di rumah di China Utara mulai Selasa (28/12), bergabung dengan jutaan orang di bawah penguncian ketat sebelumnya di Kota Xi'an. Melansir
Channel News Asia, pihak berwenang di China berlomba untuk menahan lonjakan kasus Covid-19 yang mencapai level tertinggi dalam 21 bulan terakhir. China, tempat virus corona muncul pertama kali dua tahun lalu, telah melakoni strategi "nol Covid-19" berupa pembatasan perbatasan yang ketat, karantina yang panjang, dan penguncian.
Lonjakan kasus Covid-19 terjadi ketika Beijing bersiap untuk menyambut ribuan pengunjung luar negeri ke Olimpiade Musim Dingin 2020 pada Februari tahun depan.
Baca Juga: Wabah Covid-19 Merebak, China Catat Rekor Tertinggi Kasus Bergejala Sejak Maret 2020 Tapi, pihak berwenang telah menghadapi virus corona yang bangkit kembali dalam beberapa pekan terakhir, melaporkan 209 infeksi pada Selasa (28/12), kasus harian tertinggi sejak Maret tahun lalu. Lonjakan itu, meski rendah dibanding kasus yang merajalela di Eropa dan Amerika Serikat, telah mendorong pihak berwenang China untuk memberlakukan apa yang mereka sebut pembatasan "terketat" di Kota Xi'an. Sebanyak 13 juta penduduk kota di Utara China itu memasuki hari keenam penguncian ketat. Kota-kota terdekat Xi'an juga mencatat kasus baru Covid-19, dengan Yan'an, sekitar 300 km dari Xi'an, pada Selasa (28/12) menutup bisnis dan memerintahkan ratusan ribu orang di satu distrik untuk tinggal di dalam rumah.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Kota di China Ini Terapkan Lockdown Ketat Penguncian Xi'an adalah yang paling luas di China sejak Wuhan. Kota ini mendirikan lebih dari 4.400 lokasi pengambilan sampel dan mengerahkan lebih dari 100.000 orang untuk menangani putaran tes Covid-19 terbaru, menurut laporan
CCTV. Selama penguncian, hanya satu orang dari setiap keluarga yang boleh keluar rumah tiap tiga hari untuk membeli bahan makanan. Banyak penduduk Xi'an menggunakan media sosial untuk meminta bantuan dalam memperoleh makanan dan kebutuhan pokok lainnya. "Aku akan mati kelaparan," tulis salah satu orang di Weibo. "Tidak ada makanan, kompleks perumahan saya tidak akan membiarkan saya keluar, dan saya akan kehabisan mie instan tolong bantu!" "Aku tidak ingin mendengar berita lagi tentang bagaimana semuanya baik-baik saja," kata yang lain. "Meski persediaan begitu melimpah, tidak ada gunanya jika Anda tidak benar-benar memberikannya kepada orang-orang".
Editor: S.S. Kurniawan