Setiabudi Investment Management Targetkan Dana Kelolaan Naik 30% di 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek investasi reksadana pada tahun 2024 diprediksi akan positif. Sejumlah manajer investasi pun menargetkan pertumbuhan dana kelolaan atau asset under management (AUM) hingga dobel digit pada tahun ini. 

Ambil contoh, Setiabudi Investment Management. Presiden Direktur Setiabudi Investment Management Marto Sutiono mengatakan, pihaknya menargetkan AUM sekitar Rp 3,75 triliun - Rp 3,9 triliun pada tahun 2024. Angka ini naik 25-30% dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp 3 triliun. 

“Tentu kita berharap tahun ini AUM bisa lebih tinggi dibandingkan jumlah AUM di tahun 2023 lalu. Maka tahun ini kami targetkan AUM bisa naik 25%-30%,” ujar Marto kepada Kontan.co.id saat ditemui di Kantor Setiabudi Investment Management, Jakarta, Jumat (1/3). 


Baca Juga: Kinerja Reksadana Pasar Uang Positif, Menarik untuk Dikoleksi?

Marto optimistis target AUM tersebut berpotensi bisa tercapai. Setiabudi Investment Management akan meningkatkan imbal hasil dari beberapa produk-produk reksadana, peluncuran produk-produk baru, serta penambahan jumlah investor.

Dia menilai, target AUM tersebut diyakini bisa tercapai karena juga didorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif dan adanya prediksi penurunan suku bunga di tahun ini, sehingga permintaan reksadana bisa jauh lebih tinggi dari tahun lalu.

Selain itu, dia memprediksi, jumlah investor di Setiabudi Investment Management akan ikut naik di tahun 2024 disokong peningkatan investor retail.

“Setiap tahun harusnya investor meningkat, apalagi mengingat pemilu sudah usai dan potensi pertumbuhan investasi dapat lebih baik ke depannya,” kata Marto.

Pada kesempatan sama, Analis Setiabudi Investment Management, Okie Ardiastama mengatakan, hingga saat ini kinerja produk reksadana yang dikelola Setiabudi Investment Management cukup positif. Hal tersebut seiring dengan strategi yang perusahaan terapkan guna menghadapi tantangan di tahun 2024.

Okie menuturkan, saat ini yang menjadi sentimen yaitu perlambatan ekonomi di negara maju yang dinilai dapat berdampak pada pertumbuhan kinerja ekspor. Di lain sisi, menurut dia, tingginya inflasi berpotensi dapat menahan kebijakan suku bunga acuan Amerika yang dinilai dapat berdampak pada pasar keuangan secara global. 

“Untuk itu, saat ini reksadana pasar uang cukup diminati oleh investor yang memiliki karakter defensif, mengingat ketidakpastian ekonomi dari sisi global maupun dalam negeri. Sehingga investor lebih antisipasi risiko jangka pendek,” kata dia. 

Namun, Okie mengatakan, reksadana campuran juga cukup diminati investor yang memiliki karakter moderat. Pertumbuhan pasar saham pasca pemilu dalam negeri usai, dinilai menjadi daya tarik pada reksadana campuran yang memiliki strategi moderat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat