Setiap tahun, impor teh Indonesia naik signifikan



JAKARTA. Ketergantungan Indonesia akan impor teh ternyata masih cukup tinggi. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) impor teh dalam lima tahun terakhir trennya mengalami peningkatan rata-rata sekitar 32,5% setiap tahunnya. Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan mengatakan, peningkatan impor teh tersebut tidak lain disebabkan oleh permintaan pasar dalam negeri yang terus berkembang seiring dengan perubahan gaya hidup. Namun sayang, mayoritas impor teh yang dilakukan tersebut mayoritas berkualitas rendah. "Impor teh mengalami peningkatan yang signifikan," kata Bayu, Rabu (15/1). Pada tahun 2008 nilai impor teh Indonesia masih sekitar US$ 11,99 juta, namun lima tahun kemudian melambung impornya hingga 177,9% menjadi US$ 33,32 juta. Sementara itu, periode Januari-Oktober 2013 nilai impor teh telah mencapai US$ 25,87 juta. Cukup besarnya impor teh yang terjadi selama ini tersebut disebabkan karena suplai dari produksi dalam negeri yang terus menurun akibat menyusutnya luas lahan perkebunan. Setidaknya luas areal perkebunan teh yang menyusut tersebut mencapai 3.000 hektare (ha) per tahunnya. Sekedar mencontohkan, pada tahun 1998 luas areal perkebunan teh Indonesia mencapai 157.000 ha, namun setelah 13 tahun berselang luas perkebunan menyusut menjadi hanya 123.500 ha. Konversi lahan teh tersebut utamanya menjadi areal perkebunan hortikultura, atau tanaman tahunan seperti sawit dan karet.  Penyusutan lahan perkebunan teh tersebut terjadi tidak lain karena prospek bisnis yang dirasa sudah tidak menguntungkan lagi. Asal tahu saja, harga jual pucuk daun teh yang dihasilkan oleh petani saat ini dihargai sekitar Rp 1.700 per kilogram (kg) atau jauh dari harga ideal yang diharapkan. Bagi petani teh, idealnya harga pucuk daun setidaknya dihargai Rp 5.000 per kg. "Bagi petani teh, kita mengharap agar harga beli teh pucuk yang dipetik mengikuti harga teh internasional, sehingga menimbulkan keadilan," kata Nana Subarna Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan