KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal diversifikasi usaha PT Gudang Garam Tbk (
GGRM) ke segmen non tembakau semakin kuat. GGRM menyuntik modal kepada anak usahanya, yakni PT Surya Kerta Agung (SKA) Melansir keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Selasa (10/1/), setoran yang dilakukan GGRM berupa 7 juta saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 7 triliun. Dalam keterbukaan tersebut, manajemen belum menyebutkan dengan gamblang tujuan dan maksud dari penambahan modal ini. Asal tahu, Surya Kerta Agung yang didirikan pada 26 Juli 2019 merupakan wahana GGRM untuk masuk ke bisnis infrastruktur jalan. Surya Kerta Agung berusaha di bidang pembangunan, peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan jalan, jalan raya, dan jalan tol, jembatan dan jalan layang.
Ini termasuk juga dengan kegiatan pembangunan, peningkatan, pemeliharaan, penunjang, pelengkap seperti pagar, drainase jalan, marka jalan, dan rambu.
Baca Juga: IHSG Volatil, Investor Bisa Cermati Saham-Saham Sektor Keuangan dan Konsumsi Primer Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, diversifikasi GGRM ke segmen infrastruktur jalan bisa berdampak baik ke kinerja emiten. Hanya saja, dia menilai hasil dari diversifikasi ini akan terlihat dalam jangka Panjang. Diversifikasi ini bisa berkontribusi positif di tengah sektor rokok yang terhimpit kenaikan cukai rokok. “Pelaku pasar memfaktorkan kebijakan pemerintah terkait cukai rokok, sehingga memberatkan kinerja di sektor tembakau,” kata Nafan saat ditemui di bilangan SCBD Jakarta, Selasa (10/1). Di sisi lain, pelaku pasar akan mengapresiasi langkah diversifikasi bisnis GGRM ini karena hal tersebut merupakan bagian dari
good corporate governance. Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto menilai kebijakan pemerintah tentang kenaikan cukai pada tahun ini dan tahun depan akan memberi gambaran yang jelas bagi perusahaan rokok terkait strategi penetapan harga jual untuk mempertahankan profitabilitas. Natalia mencatat, dalam 3 kuartal terakhir, pendapatan rata-rata dari dua produsen rokok, yakni GGRM dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sudah lebih tinggi dari level sebelum covid-19. Kenaikan pendapatan ini terutama didorong oleh naiknya harga jual. Natalia melihat, HMSP berada di posisi yang lebih baik untuk membukukan pertumbuhan laba yang lebih kuat di tahun ini. Potensi tersebut didukung oleh pertumbuhan volume penjualan yang positif dan portofolio produk yang luas untuk memanfaatkan potensi fenomena pergeseran konsumsi rokok ke produk yang lebih murah atau
down trading.
Baca Juga: Emiten Bank Pembangunan Daerah (BPD) Semakin Ramai, Begini Rekomendasi Analis Proyeksi Natalia, fenomena
down trading rokok akan berlanjut tahun ini. Sementara di sisi lain produsen rokok
tier-1 akan dipaksa untuk meneruskan (
pass on) kenaikan cukai untuk menjaga profitabilitas. Sehingga, GGRM diyakini akan secara bertahap meneruskan kenaikan cukai melalui kenaikan harga produk untuk mempertahankan profitabilitas.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan
rating netral terhadap sektor tembakau. Dia merekomendasikan
sell saham GGRM dengan target harga Rp 15.900.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi