Setoran anak merosot, kinerja INDY melorot



JAKARTA. Kinerja emiten tambang batubara belum juga kembali membara. Malah, PT Indika Energy Tbk (INDY)  harus menelan rugi bersih US$ 15,57 juta di sembilan bulan pertama 2013. Padahal di periode sama 2012, INDY masih membukukan laba bersih US$ 80,03 juta.Pendapatan INDY memang tumbuh 16,8% year on year (yoy) menjadi US$ 634,21 juta. Namun pada saat yang sama, beban INDY meningkat 23,34% yoy dari US$ 399,96 juta menjadi US$ 493,33 juta.Pertumbuhan beban yang lebih tinggi ketimbang kenaikan pendapatan itu yang menggerus laba INDY. Analis Paramitra Alfa Sekuritas, Fadhil Herdyansyah bilang, beban INDY melonjak lantaran emiten ini gagal melakukan efisiensi. Dia membandingkan dengan PT Adaro Energy Tbk dan PT Bukit Asam Tbk yang bisa menjalankan program efisiensi,  sehingga kinerjanya masih tergolong aman meski juga menurun.INDY memang tengah menjajaki kerjasama pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 1.000 mega watt (MW) dengan Marubeni Corporation, asal Jepang. Namun investasi proyek yang ditaksir berkisar US$ 1,5 miliar-US$ 2 miliar diperkirakan bakal membebani arus dana INDY. Apalagi, lanjut Fadhil, ini proyek jangka panjang dan baru bisa dirasakan dampaknya lima tahun mendatang.Tapi, analis JP Morgan, Stevanus Juanda menilai, kinerja INDY di kuartal III 2013 lebih baik dari prediksi dia. Stevanus awalnya memperkirakan INDY akan membukukan rugi bersih senilai US$ 20 juta. Ia mencermati, penurunan laba INDY karena keuntungan si anak usaha yakni PT Kideco Jaya Agung turun 38% per kuartal III 2013. Padahal, Kideco selama ini memberikan kontribusi besar bagi INDY.Stevanus mencatat, beberapa faktor penyebab penurunan kinerja INDY. Pertama,  keuntungan Kideco dan PT Tripatra Engineering tak mencapai ekspektasi. Kedua, harga batubara merosot.Harga batubara baru diperkirakan membaik di tahun depan. Fadhil memperkirakan, harga komoditas ini akan terangkat ekonomi China yang gelagatnya akan mulai bangkit di akhir tahun ini. Ia meramalkan, harga batubara bisa ke level US$ 70 -US$ 80 per ton di akhir 2013.Sedangkan, Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securties memiliki ekspektasi yang lebih tinggi. Dia memperkirakan, harga batubara akan menggapai level US$ 88-US$ 90 per ton di akhir tahun ini. Jika itu tercapai, maka di tahun depan, harga komoditas tersebut bisa melambung ke level US$ 95-US$ 96 per ton.Reza menambahkan, kinerja INDY secara kuartalan terus merosot. Kalaupun harga batubara membaik di kuartal IV 2013, itu hanya akan mendongkrak pertumbuhan pendapatan dan laba INDY tak sampai 5%.Sementara, Stevanus menduga, kerugian INDY bakal membesar menjadi US$ 35 juta di akhir 2013. Dia merekomendasikan neutral saham INDY dengan target harga Rp 860 per saham.Sementara, Fadhil menyarankan hold saham INDY dengan target harga Rp 800 per saham. Adapun, Reza merekomendasikan sell saham INDY, lantaran belum melihat ada pergerakan positif dari INDY. Dia memasang target harga di Rp 730 per saham.

Pada perdagangan, Kamis (7/11), harga saham INDY naik 5,26% dan berakhir di Rp 800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Yuwono Triatmodjo