Setrum dan Pembiayaan Ganjal Pertumbuhan RSH



JAKARTA. Sejumlah kendala menyandung pengembang untuk menyediakan rumah sederhana sehat (RSH) tahun ini. Di antaranya, soal ketersediaan listrik dan pembiayaan perumahan. Ujung-ujungnya, pengembang hanya mampu memenuhi 85% dari target pembangunan RSH tahun ini.


Target pembangunan RSH baru pada tahun ini adalah sebesar 158.000 unit. Namun realisasinya, "Hingga Oktober, jumlah pembangunan RSH mencapai 117.000 unit dan kami memprediksi hingga akhir tahun hanya sebesar 135.000 unit," ujar Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Teguh Satria, Selasa (15/12).

Sulitnya mendapat listrik menjadi kendala utama pembangunan RSH. Maklum, pengembang tidak bisa menjual rumah tanpa ada sambungan listrik. Celakanya lagi, tanpa ada kepastian pasokan setrum, pihak perbankan juga menolak pengajuan kredit oleh para pengembang.

"Kuncinya memang ada di dalam skema pembiayaan. Likuiditas perbankan yang ketat mengakibatkan supply tidak banyak," jelas Teguh.

Segendang seperjogetan dengan Teguh, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Fuad Zakaria juga mengeluhkan hal yang sama. Menurut data yang dilansir Apersi, kebutuhan listrik untuk proyek perumahan menengah ke bawah bersubsidi tahun ini sebesar 100.000 kilowatt (kW).

Apersi sudah meminta PLN secara transparan memetakan wilayah-wilayah yang tidak memiliki sambungan setrum. Dengan begitu, pengembang tidak akan membangun RSH di wilayah yang tidak ada pasokan listriknya. "Tapi sampai sekarang, hal itu belum ada solusinya," kata Fuad.

Menurut Fuad, selain kedua kendala tersebut, ada hal lain yang juga harus dibenahi pemerintah agar pembangunan RSH mencapai target, yakni masalah perizinan dan sertifikasi.

Tambahan subsidi

Kendati tidak mencapai target, toh para pengembang tidak lantas loyo. Teguh menegaskan, tahun depan pihaknya optimistis bisa menaikkan pembangunan RSH hingga 160.000 unit. Dengan membaiknya kondisi makro ekonomi dan tren bunga kredit bank yang rendah, Teguh optimistis jumlah anggota REI akan naik dari 1.743 sekarang ini menjadi 2.100 perusahaan di 2010.

Sementara Fuad menilai, bisnis properti tahun depan masih akan bergantung pada kebijakan yang diambil pemerintah. Diantaranya, soal subsidi, perizinan, sertifikasi dan pembiayaan.

Baik Apersi maupun REI mengusulkan agar pemerintah menambah subsidi perumahan di 2010.

Terkait soal harga, menurut Teguh, harga RSH tahun depan akan naik. Jika harga awalnya Rp 55 juta per unit, maka di 2010 diperkirakan harganya akan naik menjadi Rp 65 juta per unit.

Selain itu, "Kami sudah mengusulkan ke pemerintah untuk menaikkan harga rusunami bersubsidi dari Rp 144 juta menjadi Rp 180 juta," kata Teguh. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test