Seven day repo rate akan semarakkan pasar obligasi



Jakarta. Bank Indonesia (BI) berencana bakal mengganti sistem acuan yang selama ini menggunakan BI rate menjadi seven-day reverse repurchase (repo) rate. Jika benar hal ini diberlakukan, secara tidak langsung akan membuat pasar modal menjadi lebih bergairah.

Head of Research KDB Daewoo Securities Taye Shim bilang, jika acuan ini benar diberlakukan, maka akan banyak hal positif yang muncul dan bersifat multiplier effect. "Pertama, seven-day repo rate lebih aktual karena mencerminkan keadaan pasar yang sebenarnya," ujar Taye, (14/4).

Kedua, aktivitas ekonomi pun diperkirakan akan meningkat. Korelasinya, seven-day repo rate memiliki suku bunga yang lebih rendah ketimbang BI rate. Jika BI rate saat ini sebesar 6,75%, maka seven-day repo rate ada dilevel 5,75%.


Nah, suku bunga yang lebih rendah otomatis akan membuat imbal hasil atau yield Surat Utang Negara (SUN) juga mengalami penurunan. Efek pertamanya adalah, harga SUN bakal bergerak lebih kencang.

Efek berikutnya adalah, emisi obligasi korporasi semakin banyak. Sebab, biasanya yield obligasi korporasi selalu menyesuaikan yield SUN. Dengan kata lain, sumber pendanaan berupa obligasi akan menjadi lebih murah sehingga ini akan membuat korporasi kian rajin berekspansi.

"Jadi memang, dengan adanya rencana kebijakan ini sebenarnya pemerintah terlihat erlihat ingin menurunkan imbal hasil agar kupon yang dibayarkan atas surat utang lebih rendah," jelas Taye.

Wacana ini sepertinya memang juga menjadi perhatian pasar. Setelah wacana tersebut muncul pada Kamis, (14/4), pasar SUN bereaksi positif. Berdasarkan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), imbal hasil SUN bertenor 10 tahun turun 9,16 bps ke posisi 7,55% dan imbal hasil SUN lima tahun turun 5,51 bps ke posisi 7,38%. Padahal sebelumnya, imbal hasil SUN 10 tahun turun 3,43 bps ke 7,52% dan imbal hasil SUN lima tahun naik 0,95 bps ke 7,39%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto