Sewa lahan smelter Freeport Gresik akan berakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membenarkan bahwa perjanjian kerja sama pemakaian lahan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) yang akan dibangun oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan PT Petrokimia Gresik akan berakhir.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono mengatakan bahwa saat ini sedang ada proses perpanjangan kerja sama penggunaan lokasi antara Petrokimia dengan Freeport. Tapi sayangnya, Bambang enggan menyebutkan kapan waktu kerja sama itu akan berakhir.

Ia bilang, Petrokimia sedang melakukan studi analisis dampak lingkungan (amdal) smelter. Sedangkan Freeport telah melakukan studi tekno-ekonomi yang bekerjasama dengan Mitsubishi serta early work and basic engineering untuk smelter tembaga.


"Dalam membangun smelter tidak sekaligus mengkonstruksi, tapi melakukan studi-studi," ujarnya di Gedung DPR, Rabu (11/10).

Bambang juga mengakui bahwa saat ini ada dua lokasi smelter yang menjadi pertimbangan Freeport. Namun dia menerangkan lokasi smelter Freeport hampir ada kepastian. Hanya saja dia tidak memastikan dimana lokasi tersebut.

"Lokasi itu sudah hampir ada kepastian, yaitu di Gresik. Gresik itu bisa di Petrokimia atau yang satunya di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE). Itu kemungkinan karena integrated dari industri yang ada di situ," ujarnya.

Bambang pun membenarkan bahwa Freeport baru akan membangun smelter apabila sudah ada kepastian perpanjangan izin operasi sampai tahun 2041.

"Jadi kalau lihat dari komitmen-komitmen, saya kira mereka selesai dengan negosiasi, karena memang harus menjadi paket perpanjangan. Saya kira mereka akan membuat (membangun smelter), kalau ini bisa selesai negosiasinya," ujarnya.

Asal tahu saja, Freeport kembali diberikan kelonggaran ekspor konsentrat tembaga selama tiga bulan sampai Januari 2018. Hal itu lantaran negosiasi dengan pemerintah belum membuahkan kesepakatan yang harusnya ditargetkan selesai pada 10 Oktober kemarin.

Bambang bilang, meskipun masih belum dipastikan lokasinya. Kegiatan pembangunan smelter tetap dievaluasi. Pasalnya, dalam Peraturan Menteri (Permen) 06/2017 tentang Tata Cara Persyaratan Rekomendasi Pelaksanaan Penjualan Mineral Ke Luar Negeri, pembangunan smelter harus mencapao 90% dari rencana kerja per enam bulan.

"Sekarang sedang dalam proses negosiasi," tandasnya.

Anggota Komisi VII dari fraksi Golkar Eni Maulani mengatakan pihaknya sudah melakukan kunjungan kerja ke lokasi smelter di Gresik, Jawa Timur maupun rapat dengar pendapat dengan Freeport. Fakta yang terungkap belum ada kepastian lokasi smelter.

 "Freeport belum menentukan lokasi akan dimana di bangun apakah di Petrokimia atau JIIPE, Gresik. Jadi belum ada progres," katanya di Gedung DPR, Rabu (11/10).

Eni menuturkan pihaknya menantikan penjelasan lengkap dari Kementerian ESDM soal pembangunan smelter. Penjelasan itu tentunya setelah tercapainya kesepakatan negosiasi penyusunan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Pasalnya Freeport beralasan smelter kembali digarap bila ada kepastian perpanjangan operasi pasca 2021.

"Kita berharap ada kejelasan tentang smelter ini dengan terang benderang setelah kesepakatan antara pemerintah dan Freeport selesai," tandasnya.

Sementara ketika dikonfirmasi perihal pembangunan smelter ini, Juru Bicara Freeport Indonesia, Riza Pratama engga menanggapi. "Saya belum bisa memberikan komentar," tandasnya kepada Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto