SGRO akan tambah luas lahan perkebunan sagu



JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) memperbesar bisnis perkebunan sagu. Sepanjang tahun ini, emiten perkebunan yang dikendalikan Grup Sampoerna tersebut berniat membuka lahan kebun sagu baru dengan luas berkisar 1.000 hektare (ha) hingga 2.000 ha.

Rencana tersebut bakal menambah luas lahan tertanam sagu SGRO dari 4.000 ha menjadi sekitar 6.000 ha di akhir tahun ini. Michael Kusuma, Kepala Hubungan Investor SGRO mengatakan, areal tertanam sagu perusahaan memang masih minim.

Saat ini, SGRO memiliki izin untuk membuka perkebunan sagu di lahan seluas 21.000 ha. Konsesi kebun milik SGRO itu berlokasi di Selat Panjang, Kepulauan Meranti, Riau.SGRO hanya akan memanfaatkan lahan seluas 14.700 ha, atau 70% dari total konsesi yang dimiliki, sebagai kebun sagu. Lahan yang tersisa dialokasi SGRO sebagai wilayah konservasi. "Penanaman 70% lahan itu dengan pohon sagu ditargetkan akan selesai dalam lima tahun ke depan," kata Michael ke KONTAN, Senin (5/3).


Michael tidak bersedia mengungkapkan nilai investasi SGRO untuk menambah areal tanam perkebunan sagu tersebut. Sebagai gambaran, berdasarkan catatan KONTAN, di 2011 SGRO mengucurkan dana sekitar Rp 100 miliar-Rp 140 miliar untuk pengembangan bisnis sagu.

Dana sekitar Rp 80 miliar digunakan untuk membangun pabrik tepung sagu berkapasitas 100 ton per hari. Sisa investasi dialokasi untuk mengembangkan perkebunan, termasuk membuka lahan baru dengan luas berkisar 1.000-2.000 ha, sepanjang tahun lalu.

SGRO memang harus terus melakukan penanaman baru guna menopang pabrik tepung sagu yang sudah mulai berproduksi di tahun ini. SGRO sudah melakukan percobaan produksi (commisioning) pabrik tepung yang berlokasi di Selat Panjang, Kepulauan Meranti, Riau. "Produksi tahun ini memang belum optimal, kemungkinan baru mencapai 50% dari kapasitas maksimum," lanjut Michael.

SGRO berniat memasarkan sagu hasil produksinya ke sejumlah industri. Sagu bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk konsumsi, bioenergi, lem, maupun kayu lapis. SGRO tidak hanya mengincar pasar domestik, tapi juga akan mengekspor tepung sagu produksinya ke pasar luar negeri.

SGRO optimistis bisnis sagu sudah bisa menyumbang pendapatan di tahun ini. "Kontribusi pendapatan memang kecil. Masih di bawah 10% dari nilai penjualan di tahun ini," ungkap Michael.

Andy Gunawan, Analis Reliance Securites dalam laporan risetnya merekomendasikan beli SGRO dengan target harga Rp 3.675 per saham. Harga saham SGRO, Senin (5/3), ditutup tidak berubah dari Rp 3.450 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie