SGRO memburu pengembangan lahan sagu dan karet



JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menganggarkan nilai belanja modal tahun ini sebesar Rp 1,1 triliun. Sebanyak 80% dari nilai capital expenditure (capex) itu akan dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis kelapa sawit. Adapun sisanya akan digunakan untuk memperkuat bisnis perkebunan karet dan sagu.
Tahun ini, SGRO berniat melakukan penanaman baru lahan sagu seluas 1.000 ha hingga 2.000 ha. Maklum, luas tertanam perkebunan sagu SGRO masih sekitar 4.000 ha. Padahal, SGRO sudah memiliki izin konsesi perkebunan sagu seluas 21.000 ha yang berada di Selat Panjang, Kepulauan Meranti, Riau.
SGRO juga akan mengembangkan bisnis perkebunan karet. Saat ini, luas lahan tertanam karet yang dimiliki SGRO memang masih minim yaitu sekitar 100 ha hingga 200 ha. Untuk itu, SGRO akan kembali melakukan penanaman baru perkebunan karet. "Jumlah tidak banyak yaitu sekitar seratusan, maklum karet kan bisnis baru yang kami jalankan," ungkap Michael.
Michael Kusuma, Investor Relations SGRO, tidak bersedia membeberkan dampak ekspansi tersebut terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dia berkilah, kinerja penjualan maupun laba bersih sangat tergantung juga oleh harga jual CPO yang sangat fluktuatif. Di 2011, SGRO memang bisa menjual CPO dengan harga rata-rata Rp 7.865 per kilogram.
"Banyak pakar memang memprediksi harga tahun ini bisa mencapai Rp 8.000 per kg. Tapi, kami tidak ingin berspekulasi, lebih baik konsentrasi pada peningkatan produksi yang bisa lebih dikontrol," jelas Michael.
Sebagai gambaran, di 2011, SGRO meraih penjualan bersih senilai Rp 3,14 triliun, tumbuh 35,96% dari realisasi 2010 yang tercatat Rp 2,31 triliun. Dari sisi laba bersih, SGRO meraih perolehan senilai Rp 540,94 miliar, naik 19,75% dari 2010 yang sebanyak Rp 451,72 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Ruisa Khoiriyah