KONTAN.CO.ID - BEIRUT. Sheikh Naim Qassem, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal Hizbullah, terpilih sebagai pemimpin baru kelompok bersenjata Lebanon tersebut pada hari Selasa. Qassem, yang telah berperan penting dalam gerakan yang didukung Iran selama lebih dari tiga dekade, mengungkapkan komitmennya untuk melanjutkan perjuangan kelompok melawan Israel. Dalam pidato yang disiarkan secara langsung pada 8 Oktober, Qassem menyatakan bahwa konflik antara Hizbullah dan Israel adalah pertarungan untuk menentukan siapa yang akan menangis terlebih dahulu, menegaskan bahwa Hizbullah tidak akan menjadi yang pertama.
Baca Juga: Siapa Sheikh Naim Qassem, Wakil Pemimpin Hizbullah yang Berbicara pada Senin? Ia menyebutkan bahwa meskipun menghadapi "pukulan menyakitkan" dari Israel, kemampuan kelompoknya tetap terjaga. Qassem juga mengisyaratkan dukungannya terhadap upaya juru bicara parlemen, Nabih Berri, dalam mencari gencatan senjata. Namun, ia tidak lagi menjadikan kesepakatan gencatan senjata di Gaza sebagai syarat untuk menghentikan serangan Hizbullah terhadap Israel. Pidato tersebut muncul setelah kematian tokoh senior Hizbullah, Hashem Safieddine, yang diduga menjadi sasaran serangan Israel, dan 11 hari setelah meninggalnya sekretaris jenderal sebelumnya, Sayyed Hassan Nasrallah. Pembunuhan Safieddine telah dikonfirmasi oleh Hizbullah pada 23 Oktober. Qassem diangkat sebagai wakil kepala pada tahun 1991 oleh Abbas al-Musawi, sekretaris jenderal Hizbullah saat itu, yang tewas dalam serangan helikopter Israel pada tahun berikutnya.
Baca Juga: Militer Israel Bunuh Tiga Komandan Hezbollah dan 70 Pejuang dalam 48 Jam Terakhir Sejak itu, Qassem terus menduduki posisi kunci dalam organisasi dan menjadi juru bicara utama Hizbullah, terlibat dalam wawancara dengan media internasional, terutama selama ketegangan dengan Israel yang meningkat selama setahun terakhir. Sebagai anggota pertama dari pimpinan puncak Hizbullah yang berbicara di televisi setelah kematian Nasrallah, Qassem menegaskan bahwa Hizbullah akan segera memilih penggantinya dan akan terus berjuang melawan Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina. Dalam pidatonya, ia menyebutkan, "Apa yang kami lakukan adalah hal yang paling minimum... Kami tahu bahwa pertempuran ini mungkin akan berlangsung lama." Lahir pada tahun 1953 di Beirut, Qassem memulai aktivisme politiknya dengan Gerakan Amal Syiah Lebanon sebelum meninggalkan kelompok tersebut pada tahun 1979 setelah Revolusi Islam Iran, yang mempengaruhi pemikiran banyak aktivis muda Syiah Lebanon.
Baca Juga: Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas, Hezbollah Janjikan Eskalasi Perang dengan Israel Ia berperan dalam pembentukan Hizbullah, yang didirikan dengan dukungan Garda Revolusi Iran sebagai respons terhadap invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982. Sejak Hizbullah pertama kali berpartisipasi dalam pemilihan parlemen pada tahun 1992, Qassem telah menjabat sebagai koordinator umum kampanye pemilihan. Pada tahun 2005, ia menerbitkan sejarah Hizbullah yang dianggap sebagai "pandangan orang dalam" yang jarang tersedia tentang organisasi tersebut. Dalam penampilannya, Qassem dikenal mengenakan sorban putih, berbeda dengan Nasrallah dan Safieddine yang mengenakan sorban hitam sebagai tanda keturunan Nabi Muhammad.
Editor: Noverius Laoli