Shell bergerak untuk menjual saham di proyek LNG di Indonesia



KONTAN.CO.ID - LONDON. Royal Dutch Shell mulai bergerak untuk menjual sahamnya di proyek gas alam cair (LNG) Abadi Indonesia senilai US$ 15 miliar. Sumber industri dan perbankan yang mengetahui rencana ini mengatakan langkah tersebut dilakukan sebagai lanjutan dari program pelepasan aset yang telah mengumpulkan lebih dari US$ 30 miliar.

Di kutip dari Reuters, Shell, perusahaan pembeli dan penjual LNG terbesar di dunia ini mengumpulkan uang tunai untuk membantu membayar pembelian BG Group senilai US$ 54 miliar pada tahun 2015 dan berharap dapat memperoleh sekitar US$ 1 miliar dari penjualan 35% sahamnya dalam proyek tersebut.

Keputusan Shell untuk menjual proyek Abadi di blok Masela, yang dioperasikan oleh perusahaan minyak dan gas Jepang, Inpex Corp yang juga memiliki saham di proyek itu menyoroti kesulitan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dalam menarik investasi energi.


Namun sayang, baik Shell, Inpex dan pejabat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia semuanya menolak berkomentar.

Konstruksi dimulai pada 2018. Padahal sebelumnya di tahun 2016 proyek itu sempat ditunda setidaknya hingga tahun 2020 setelah pemerintah Indonesia menginstruksikan peralihan dari fasilitas lepas pantai ke fasilitas darat.

Inpex dan Shell sekarang sedang mempersiapkan Rencana Pengembangan baru untuk diajukan tahun ini, laporan tahunan Shell mengungkapkan.

Proyek ini diperkirakan tidak akan beroperasi sampai setidaknya tahun 2026. Tetapi Inpex telah memulai desain awal rekayasa awal untuk pabrik LNG dengan kapasitas tahunan sebesar 9,5 juta ton.

Dwi Soetjipto, Ketua SKK Migas mengatakan, pada bulan Maret pemerintah dan operator belum menyetujui biaya untuk proyek dan pemerintah belum menyetujui rencana pengembangan yang direvisi.

Pertumbuhan LNG

Shell melihat LNG sebagai pilar sentral transisi dunia untuk menurunkan energi karbon dalam beberapa dekade mendatang. Bahan bakar super dingin memungkinkan transportasi gas alam lebih mudah, bahan bakar fosil yang paling tidak mencemari, tetapi relatif mahal untuk dikembangkan.

Keputusan untuk menjual Abadi datang beberapa minggu setelah perusahaan Inggris-Belanda memutuskan untuk keluar dari proyek LNG Baltik utama yang dipimpin oleh raksasa gas negara Rusia Gazprom.

Shell tahun lalu memberi lampu hijau untuk pengembangan terminal ekspor LNG senilai US$ 31 miliar di Kanada Barat, yang dikenal sebagai LNG Kanada.

Chief Financial Officer Jessica Uhl mengatakan pada hari Kamis bahwa Shell secara keseluruhan senang dengan portofolio LNG-nya dan yakin akan kemampuannya untuk tumbuh sejalan dengan pasar.

Editor: Handoyo .