Shell Indonesia bakal produksi oli sendiri



JAKARTA. Pasar pelumas Indonesia masih menggiurkan. Inilah yang membuat pebisnis oli global seperti PT Shell Indonesia berani berekspansi bisnis.

Perusahaan asal Belanda ini segera mengoperasikan pabrik pelumas pertengahan 2015. Pabrik yang berlokasi di kawasan industri Marunda Center ini punya kapasitas produksi 120.000 ton atau setara 136 juta liter per tahun.

Sri Wahyu Endah, Pelaksana Tugas Communication Lead Shell Indonesia, menjelaskan, pabrik ini merupakan pabrik pelumas Shell pertama di Indonesia. "Pembangunan pabrik ini merespons permintaan pelumas yang besar di  sini," katanya, Selasa (13/1).


Seperti diungkapkan Paul Toar, Ketua Perhimpunan Distributor, Importir, dan Produsen Pelumas Indonesia, beberapa waktu yang lalu, pertumbuhan bisnis pelumas di Indonesia pada tahun ini bisa di atas 5%. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan bisnis pelumas 2014 yang cuma 5%.

Menurut catatan Paul, permintaan pelumas pada 2013  mencapai 1 juta kiloliter. Berarti, pada 2014 bisa mencapai angka 1,05 juta kiloliter.

Faktor inilah yang membuat Shell mendirikan pabrik pelumas perdana. Sebelumnya, Shell Indonesia hanya impor, seperti dari pabrik Shell yang ada di Singapura.

Oli impor dominan 

Pabrik pelumas Shell di Indonesia menjadi pabrik keenam di kawasan Asia Tenggara, setelah  Singapura, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Setelah pabrik anyar ini beroperasi penuh, Shell Indonesia akan langsung menghentikan impor oli.

Pabrik di Jakarta ini akan memproduksi pelumas untuk otomotif dan mesin industri. Yakni seperti Shell Helix, Advance, Spirax, Rimula, Telus, Omala, serta Helix Pure Plus.

Pabrik ini bakal fokus memenuhi pasar dalam negeri. "Target pasar masih sepenuhnya untuk domestik. Untuk ekspor masih melihat rencana ke depan," jelas dia.

Namun, Endah tidak menyampaikan target pendapatan dan pangsa pasar yang ingin dikuasai Shell setelah ada pabrik baru. Ia pun enggan membeberkan nilai investasi yang digelontorkan perusahaannya untuk membangun pabrik ini. "Maaf, kami belum bisa membuka angka investasinya," elak dia.

Soal bahan baku produksi pelumas, yaitu lube base oil dari long residue hasil distilasi atau pemanasan minyak mentah, sepenuhnya masih diperoleh dari impor. Makanya, pembangunan pabrik ini sengaja mendekati pelabuhan Marunda. "Kami ingin hemat ongkos angkut dan agar lebih efisien,"  kata Darwin Silalahi, President Director and Country Chairman Shell Indonesia.

Saleh Husin, Menteri Perindustrian, berpendapat, pabrik  pelumas baru Shell ini bisa menekan impor pelumas. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, saat ini, ada 20 pabrik pelumas di Indonesia dengan kapasitas total 1,8 juta kiloliter per tahun. Namun industri dalam negeri baru bisa memasok sebanyak 850.000 kiloliter pelumas. Sisa permintaan masih dipenuhi oleh produk  pelumas impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto