Tak hanya ikan hias, budidaya udang hias juga menjanjikan untung yang lumayan. Selain budidayanya tidak repot, udang bercorak merah putih ini punya banyak peminat di dalam dan luar negeri.Bagi pecinta aquascape atau mereka yang hobi menghias akuarium, udang hias red bee tentu bukan makhluk yang asing. Udang dengan panjang rata-rata 1,2 cm sampai 1,7 cm ini memang banyak dimanfaatkan untuk mempercantik akuarium.Udang red bee umumnya memiliki ciri khas warna putih bak salju yang dominan di sekujur tubuhnya. Selain itu, ada corak garis vertikal berwarna merah yang mencolok mata. Udang hias ini berbeda dengan pendahulunya, udang red crystal yang memiliki warna putih transparan sehingga kontras warnanya kurang terlihat. “Red bee dicari lantaran kontras warnanya mampu mempercantik isi akuarium,” jelas Buni Hakim, pemilik CV Azola yang banyak membudidayakan ikan hias dan hewan aquascaping.Setiawan Budi Suwandi, pemilik CV Fajar Alam Jaya yang juga membudidayakan udang hias, menyebutkan, para pecinta aquascape rasanya kurang pas jika memiliki akuarium tanpa memajang udang red bee yang memiliki warna cerah. Itulah sebabnya, permintaan udang jenis ini tetap tinggi. Semua udang red bee hasil ternakan Setiawan laku diserap pasar. Setiap bulan, ia mampu menjual 3.000 red bee ke sejumlah pehobi di beberapa kota.Tak hanya pasar lokal, udang jenis ini juga laku keras di pasar mancanegara. Buni, misalnya, berhasil mengekspor udang hasil budidayanya sampai ke Belanda dan Eropa Timur. Saban bulan, dari sekitar 40.000 udang red bee hasil budidayanya, sekitar 20% di antaranya diekspor ke beberapa negara. Bahkan, eksportir udang jenis ini sempat menikmati lonjakan harga di pasar dunia tahun lalu. Saat itu, harga udang red bee bisa mencapai harga tertinggi, sekitar Rp 15.000 untuk udang berukuran 1,7 cm. Tapi, masa itu tak berlangsung lama. Saat ini, harga kembali normal di sekitar Rp 5.000 per ekor. Penurunan harga ini terjadi lantaran tren permintaan ikut menurun. “Meski harga turun, permintaan terus ada,” kata Jeffrey Christian, pengelola CV Maju Aquarium di Cibinong, Bogor.Buktinya, sampai hari ini, setiap bulan Maju Aquarium masih mengekspor 12.000 ekor red bee atau sekitar 60% hasil budidaya ke sejumlah negara di Eropa. Sisanya, sebanyak 8.000 ekor untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.Perhatikan keasaman airMelihat potensi cukup besar ini, tak heran, semakin banyak orang yang membudidayakan red bee. Meski begitu, memelihara jenis udang ini susah-susah gampang. Proses budidayanya membutuhkan tingkat ketelatenan lebih. Pasalnya, untuk menghasilkan red bee yang berkualitas, petani harus mengetahui pasti tingkat keasaman air dan suhu udara di tempat udang dibudidayakan.Buni menjelaskan, sebelum memilih indukan, Anda sebaiknya menyediakan media untuk udang membiak. Tak harus akuarium, beberapa peternak ada yang sukses membiakkan red bee di bak dari semen, bak terpal, bahkan styrofoam khusus. “Yang penting, airnya mengandung tingkat keasaman (pH) 5 sampai 6,5. Suhu udara untuk budidaya juga sebaiknya berkisar antara 20–24 derajat celsius. Tak heran, umumnya budidaya udang red bee berada di daerah sejuk seperti Bogor. Meski begitu, di luar daerah sejuk pun pembudidaya masih bisa mengkondisikan tingkat keasaman air sesuai kebutuhan red bee. Caranya dengan menambahkan batu karang atau rumput-rumputan laut.Jika wahana kolam sudah cocok, umumnya, udang red bee memasuki usia kawin pada usia lima sampai enam bulan. Pada usia ini, ukuran red bee mencapai 1,2 cm. Masa kawin biasanya hanya seminggu. Setelah itu, pembudidaya tinggal menunggu masa telur menetas. Tandanya, “Red bee terlihat tidak aktif karena membawa telur dalam tubuhnya,” ujar Buni. Kondisi ini merupakan saat yang tepat untuk memisahkan betina yang siap bertelur dari udang lain. Sekali bertelur, indukan red bee mampu menghasilkan sekitar 30 anakan udang. Tak perlu khawatir sang induk akan memakan anak-anaknya. Tidak seperti hewan akuarium lain yang kerap memakan telurnya sendiri, udang red bee tidak melahap telur atau anaknya.Setelah anakan udang cukup besar dan bisa dipisahkan, sang induk bisa langsung dikawinkan lagi dalam rentang waktu dua mingguan. “Pada dasarnya, red bee memang cukup produktif untuk dibudidayakan,” kata Setiawan. Budidaya yang relatif gampang ini membuat pasokan red bee tidak pernah berkurang. Meski harganya melandai, peminat red bee tetap banyak lantaran udang ini memang enak untuk dipandang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Si bongkok cantik yang bikin akuarium semakin ceria
Tak hanya ikan hias, budidaya udang hias juga menjanjikan untung yang lumayan. Selain budidayanya tidak repot, udang bercorak merah putih ini punya banyak peminat di dalam dan luar negeri.Bagi pecinta aquascape atau mereka yang hobi menghias akuarium, udang hias red bee tentu bukan makhluk yang asing. Udang dengan panjang rata-rata 1,2 cm sampai 1,7 cm ini memang banyak dimanfaatkan untuk mempercantik akuarium.Udang red bee umumnya memiliki ciri khas warna putih bak salju yang dominan di sekujur tubuhnya. Selain itu, ada corak garis vertikal berwarna merah yang mencolok mata. Udang hias ini berbeda dengan pendahulunya, udang red crystal yang memiliki warna putih transparan sehingga kontras warnanya kurang terlihat. “Red bee dicari lantaran kontras warnanya mampu mempercantik isi akuarium,” jelas Buni Hakim, pemilik CV Azola yang banyak membudidayakan ikan hias dan hewan aquascaping.Setiawan Budi Suwandi, pemilik CV Fajar Alam Jaya yang juga membudidayakan udang hias, menyebutkan, para pecinta aquascape rasanya kurang pas jika memiliki akuarium tanpa memajang udang red bee yang memiliki warna cerah. Itulah sebabnya, permintaan udang jenis ini tetap tinggi. Semua udang red bee hasil ternakan Setiawan laku diserap pasar. Setiap bulan, ia mampu menjual 3.000 red bee ke sejumlah pehobi di beberapa kota.Tak hanya pasar lokal, udang jenis ini juga laku keras di pasar mancanegara. Buni, misalnya, berhasil mengekspor udang hasil budidayanya sampai ke Belanda dan Eropa Timur. Saban bulan, dari sekitar 40.000 udang red bee hasil budidayanya, sekitar 20% di antaranya diekspor ke beberapa negara. Bahkan, eksportir udang jenis ini sempat menikmati lonjakan harga di pasar dunia tahun lalu. Saat itu, harga udang red bee bisa mencapai harga tertinggi, sekitar Rp 15.000 untuk udang berukuran 1,7 cm. Tapi, masa itu tak berlangsung lama. Saat ini, harga kembali normal di sekitar Rp 5.000 per ekor. Penurunan harga ini terjadi lantaran tren permintaan ikut menurun. “Meski harga turun, permintaan terus ada,” kata Jeffrey Christian, pengelola CV Maju Aquarium di Cibinong, Bogor.Buktinya, sampai hari ini, setiap bulan Maju Aquarium masih mengekspor 12.000 ekor red bee atau sekitar 60% hasil budidaya ke sejumlah negara di Eropa. Sisanya, sebanyak 8.000 ekor untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.Perhatikan keasaman airMelihat potensi cukup besar ini, tak heran, semakin banyak orang yang membudidayakan red bee. Meski begitu, memelihara jenis udang ini susah-susah gampang. Proses budidayanya membutuhkan tingkat ketelatenan lebih. Pasalnya, untuk menghasilkan red bee yang berkualitas, petani harus mengetahui pasti tingkat keasaman air dan suhu udara di tempat udang dibudidayakan.Buni menjelaskan, sebelum memilih indukan, Anda sebaiknya menyediakan media untuk udang membiak. Tak harus akuarium, beberapa peternak ada yang sukses membiakkan red bee di bak dari semen, bak terpal, bahkan styrofoam khusus. “Yang penting, airnya mengandung tingkat keasaman (pH) 5 sampai 6,5. Suhu udara untuk budidaya juga sebaiknya berkisar antara 20–24 derajat celsius. Tak heran, umumnya budidaya udang red bee berada di daerah sejuk seperti Bogor. Meski begitu, di luar daerah sejuk pun pembudidaya masih bisa mengkondisikan tingkat keasaman air sesuai kebutuhan red bee. Caranya dengan menambahkan batu karang atau rumput-rumputan laut.Jika wahana kolam sudah cocok, umumnya, udang red bee memasuki usia kawin pada usia lima sampai enam bulan. Pada usia ini, ukuran red bee mencapai 1,2 cm. Masa kawin biasanya hanya seminggu. Setelah itu, pembudidaya tinggal menunggu masa telur menetas. Tandanya, “Red bee terlihat tidak aktif karena membawa telur dalam tubuhnya,” ujar Buni. Kondisi ini merupakan saat yang tepat untuk memisahkan betina yang siap bertelur dari udang lain. Sekali bertelur, indukan red bee mampu menghasilkan sekitar 30 anakan udang. Tak perlu khawatir sang induk akan memakan anak-anaknya. Tidak seperti hewan akuarium lain yang kerap memakan telurnya sendiri, udang red bee tidak melahap telur atau anaknya.Setelah anakan udang cukup besar dan bisa dipisahkan, sang induk bisa langsung dikawinkan lagi dalam rentang waktu dua mingguan. “Pada dasarnya, red bee memang cukup produktif untuk dibudidayakan,” kata Setiawan. Budidaya yang relatif gampang ini membuat pasokan red bee tidak pernah berkurang. Meski harganya melandai, peminat red bee tetap banyak lantaran udang ini memang enak untuk dipandang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News