Si untung dan buntung dari anjloknya harga minyak



JAKARTA. Harga minyak semakin tersungkur. Berlimpahnya pasokan minyak menyebabkan harga minyak mentah WTI terjerembab ke level terendah sejak tahun 2005, ke posisi US$ 28,9 per barel.

Analis memprediksi, harga minyak masih terus menurun. Meski banyak menimbulkan efek negatif, ada beberapa emiten yang menuai berkah dari koreksi harga minyak.

Krishna Setiawan, analis Lautandhana Securindo, mengatakan, emiten yang menggunakan bahan bakar minyak untuk operasional akan diuntungkan, karena biaya semakin murah. Misalnya, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).


Penurunan harga avtur tentu memangkas beban GIAA dan mengerek prospek pendapatan perseroan di masa depan. "Komponen bahan bakar terhadap total beban GIAA cukup signifikan. Penurunan harga avtur sudah lumayan mengikuti harga minyak mentah," ujar Krishna.

Sementara itu, emiten distribusi BBM seperti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) juga menuai berkah cukup tinggi. Menurut Khrisna, dengan penurunan harga minyak, konsumsi BBM naik. Dari peningkatan volume itu, AKRA bisa mendapat kenaikan margin.

Hal serupa akan dirasakan emiten pelayaran seperti PT Soechi Lines Tbk (SOCI). Sebagai perusahaan yang fokus di bidang pelayaran hasil bumi, yaitu minyak dan gas bumi, SOCI bisa bernasib sama dengan AKRA. SOCI diuntungkan cost bahan bakar yang semakin hemat. "Emiten yang tak menjual komoditas akan banyak mendapat pengaruh positif," kata Krishna.

Sebaliknya, penurunan harga minyak akan menebas margin emiten yang memproduksi komoditas ini. Krishna menyebutkan, emiten seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) harus mengencangkan ikat pinggang.

Maklum, penurunan harga minyak langsung berpengaruh pada pendapatan dan laba. Apalagi biaya operasional eksplorasi tak murah.

Parningotan Julio, Head of Research Millenium Danatama Sekuritas, menilai, anjloknya harga minyak bisa memberatkan emiten komoditas lain, seperti batubara. Biasanya, koreksi minyak diikuti penurunan harga batubara.

Di sisi lain, emiten konsumsi akan bangkit karena daya beli masyarakat naik. Lucky Bayu Purnomo, analis LBP Enterprises, mengatakan, emiten berbasis ekspor-impor akan mendapat keuntungan dari ongkos distribusi yang lebih murah. Misalnya PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). "Daya beli masyarakat naik dan barang konsumsi masih akan bertumbuh," tutur dia.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto