Siaga I menghadapi banjir Bengawan Solo



BOJONEGORO. Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, memberlakukan siaga I dalam menghadapi banjir dengan ketinggian di Bojonegoro 13,12 meter, Rabu (5/4), pukul 06.00 WIB.

"Kenaikan air di hilir Jawa Timur dipengaruhi hujan dari Ngawi dan lokal dalam beberapa hari terakhir," kata Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro Sulistyo di Bojonegoro.

Di hilir Bojonegoro, kata dia, Bengawan Solo masuk siaga I sejak Selasa (4/4), pukul 21.00 WIB dengan ketinggian mencapai 13,06 meter.


"Air pagi ini cenderung stabil, karena di hulu Ngawi, ketinggian air Bengawan Solo sudah mulai surut," ucapnya.

Data di UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan ketinggian air di hilir Babat, Karanggeneng, Laren, dan Kuro, Lamongan, juga siaga I, masing-masing 7,38 meter, 5,24 meter, 3,79 meter, dan 1,58 meter.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo menyatakan kenaikan air Bengawan Solo di daerahnya tidak akan signifikan, sebab Bengawan Solo sebelumnya dalam keadaan kosong.

"Kenaikan air tidak akan terlalu besar, sebab Bengawan Solo dalam kondisi kosong," ucapnya.

Menurut dia, kewaspadaan yang dihadapi bukan ancaman banjir luapan Bengawan Solo, tetapi banjir bandang karena curah hujan selama April masih tinggi.

"Daya rusak banjir bandang lebih besar, seperti banjir bandang di sejumlah kecamatan sehari lalu ada dua rumah roboh," ujarnya.

Seorang warga Desa Temu, Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Hadi, mengatakan genangan air Bengawan Solo di daerahnya mulai masuk persawahan dan sungai di desanya.

Hanya saja, menurut dia, di persawahan di desanya tidak ada tanaman padi, karena petani tidak menanam padi setelah banjir luapan Bengawan Solo awal Februari lalu.

"Petani belum menanam padi karena masih menunggu banjir reda. Petani di sejumlah desa di Kecamatan Kanor, beralih bekerja dengan menjala ikan," kata dia.

Ia mengatakan petani yang beralih menjala ikan di sungai di desa setempat tidak hanya di desanya, tetapi juga desa lainnya di Kecamatan Kanor.

Perolehan ikan hasil menjaring atau menjala, kata dia, kemudian dijual di Pasar Sumberrejo dan pasar lainnya.

"Keluarga kami bisa memperoleh ikan Bengawan Solo rata-rata satu bak setiap harinya sejak sebulan terakhir," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto