NUSA DUA. Siam Cement Group (SCG) akan terus menambah investasinya di Indonesia. Salah satu perusahaan industri terbesar asal Thailand ini menyiapkan US$ 5 miliar untuk berinvestasi ke luar Thailand dalam 5 tahun ke depan. Setelah membeli saham di 3 perusahaan Indonesia, perusahaan sedang bernegosiasi dengan tiga sampai empat perusahaan lagi.CEO dan Presiden Direktur SCG Kan Trakulhoon mengaku sangat optimis pada Indonesia. “Dengan pertumbuhan ekonominya dan integrasi ekonomi ASEAN yang akan datang yang akan menguntungkan ekonomi Indonesia,” ujar Kan dalam makan malam bersama sejumlah media Thailand dan Indonesia di Melia Bali, kemarin (16/11).Kata Kan, Indonesia adalah negara terbesar tujuan investasi SCG di luar Thailand. Total nilai investasi perusahaan milik Kerajaan Thailand ini di Indonesia mencapai US$ 700 juta-US$ 800 juta. Nilai investasi tersebut sama dengan 12% dari total investasi SCG. Sedangkan jumlah karyawan SCG di Asia Tenggara mencapai 7.000 orang dari total 34.000 karyawan SCG.Tahun ini SCG memang agresif melancarkan aksi akuisisinya di Indonesia. September lalu, SCG membeli saham PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan Apleton Investment Ltd. Total nilai akuisisi mencapai US$ 442 juta. Sebelumnya, pada Juni 2011, SCG membeli 70,4% saham PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS) dan 93,5% saham PT Kokoh Inti Arebama Tbk (KOIN). Kan menyatakan SCG masih terbuka untuk merger dan akuisisi lainnya. “Dalam 5 tahun ke depan kami rencanakan berinvestasi minimal US$ 5 miliar ke luar Thailand. Kami akan fokus tak hanya Indonesia, tapi juga Filipina dan Vietnam,” ujarnya.Ia mengungkapkan SCG sedang berbicara dengan 3-4 perusahaan di Indonesia, di sector semen, material bangunan, dan petrokimia. Sayang, ia tak mau berkomentar tentang kabar bahwa SCG juga berniat membeli 100% saham PT Sulfindo Adiusaha, produsen polyvinyl chloride (PVC) di Indonesia.Menghadapi banjirBanjir yang melanda Thailand juga berdampak pada perusahaan. Menurut Kan yang pernah tinggal di Indonesia pada 1996-1998 ini, beberapa pabrik dan kantor SCG ikut terendam. Akibatnya, bisnis SCG terutama di material bangunan dan semen terpukul sekitar 20%.Namun, lanjut Kan, penurunan itu lebih karena banjir mempengaruhi permintaan. “Bulan lalu, permintaan jatuh 40% year on year,” jelasnya. Namun Kan memprediksi di akhir tahun ini permintaan akan pulih. “Saat ini kawasan utara mulai pulih, juga di timur dan selatan,” ujarnya.Jadi, ia tak khawatir atas dampak banjir terhadap bisnisnya. Terlebih karena saat ini SCG memiliki US$ 1,6 miliar cash di tangan. Catatan saja, SCG berdiri sejak tahun 1913. Perusahaan memiliki 5 anak usaha yakni SCG Chemical, SCG Cement, SCG Paper, SCG Building Materials, dan SCG Distribution.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Siam Cement membidik 4 perusahaan lagi di Indonesia
NUSA DUA. Siam Cement Group (SCG) akan terus menambah investasinya di Indonesia. Salah satu perusahaan industri terbesar asal Thailand ini menyiapkan US$ 5 miliar untuk berinvestasi ke luar Thailand dalam 5 tahun ke depan. Setelah membeli saham di 3 perusahaan Indonesia, perusahaan sedang bernegosiasi dengan tiga sampai empat perusahaan lagi.CEO dan Presiden Direktur SCG Kan Trakulhoon mengaku sangat optimis pada Indonesia. “Dengan pertumbuhan ekonominya dan integrasi ekonomi ASEAN yang akan datang yang akan menguntungkan ekonomi Indonesia,” ujar Kan dalam makan malam bersama sejumlah media Thailand dan Indonesia di Melia Bali, kemarin (16/11).Kata Kan, Indonesia adalah negara terbesar tujuan investasi SCG di luar Thailand. Total nilai investasi perusahaan milik Kerajaan Thailand ini di Indonesia mencapai US$ 700 juta-US$ 800 juta. Nilai investasi tersebut sama dengan 12% dari total investasi SCG. Sedangkan jumlah karyawan SCG di Asia Tenggara mencapai 7.000 orang dari total 34.000 karyawan SCG.Tahun ini SCG memang agresif melancarkan aksi akuisisinya di Indonesia. September lalu, SCG membeli saham PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) dari PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan Apleton Investment Ltd. Total nilai akuisisi mencapai US$ 442 juta. Sebelumnya, pada Juni 2011, SCG membeli 70,4% saham PT Keramika Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS) dan 93,5% saham PT Kokoh Inti Arebama Tbk (KOIN). Kan menyatakan SCG masih terbuka untuk merger dan akuisisi lainnya. “Dalam 5 tahun ke depan kami rencanakan berinvestasi minimal US$ 5 miliar ke luar Thailand. Kami akan fokus tak hanya Indonesia, tapi juga Filipina dan Vietnam,” ujarnya.Ia mengungkapkan SCG sedang berbicara dengan 3-4 perusahaan di Indonesia, di sector semen, material bangunan, dan petrokimia. Sayang, ia tak mau berkomentar tentang kabar bahwa SCG juga berniat membeli 100% saham PT Sulfindo Adiusaha, produsen polyvinyl chloride (PVC) di Indonesia.Menghadapi banjirBanjir yang melanda Thailand juga berdampak pada perusahaan. Menurut Kan yang pernah tinggal di Indonesia pada 1996-1998 ini, beberapa pabrik dan kantor SCG ikut terendam. Akibatnya, bisnis SCG terutama di material bangunan dan semen terpukul sekitar 20%.Namun, lanjut Kan, penurunan itu lebih karena banjir mempengaruhi permintaan. “Bulan lalu, permintaan jatuh 40% year on year,” jelasnya. Namun Kan memprediksi di akhir tahun ini permintaan akan pulih. “Saat ini kawasan utara mulai pulih, juga di timur dan selatan,” ujarnya.Jadi, ia tak khawatir atas dampak banjir terhadap bisnisnya. Terlebih karena saat ini SCG memiliki US$ 1,6 miliar cash di tangan. Catatan saja, SCG berdiri sejak tahun 1913. Perusahaan memiliki 5 anak usaha yakni SCG Chemical, SCG Cement, SCG Paper, SCG Building Materials, dan SCG Distribution.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News