KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (
KRAS) bersiap melepas anak usahanya kepada Indonesia Investment Authority (INA) dan sejumlah investor lainnya. Produsen baja plat merah itu membidik dana hingga US$ 200 juta - US$ 300 Juta atau sekitar Rp 2,9 triliun - Rp 4,35 triliun dengan melepas 10%-40% saham di PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI). Direktur Utama KRAS Silmy Karim mengkonfirmasi hal tersebut. Kata dia, ada sejumlah investor tengah dalam proses pembicaraan. Mereka merupakan lembaga keuangan milik pemerintah dan BUMN, serta pihak swasta yang belum bisa dibuka ke publik. Sejumlah calon investor KSI tersebut antara lain INA, PT Danareksa, PT Perusahaan Pengelola Aset dan PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF). Harapannya pembahasan mengenai divestasi KSI bisa rampung pada Agustus nanti.
"Ya demikian, (informasi) masih relevan," kata Silmy kepada Kontan.co.id, Selasa (27/7). Merujuk pemberitaan sebelumnya, KRAS juga akan membawa Subholding Sarana Infrastruktur untuk menggelar penawaran umum saham perdana atau
initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) targetkan penjualan naik 43% tahun ini Subholding yang baru terbentuk pada akhir Juni 2021 itu terdiri dari PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, PT Krakatau Daya Listrik, PT Krakatau Tirta Industri, dan PT Krakatau Bandar Samudera. Pada pekan lalu, Silmy menyampaikan bahwa KRAS sedang mengawal proses pencarian investor strategis untuk Subholding Sarana Infrastruktur. Tahap ini akan segera dituntaskan pada kuartal III-2021.
“Kemudian, IPO akan dilaksanakan pada kuartal I-2022,” jelas Silmy beberapa waktu lalu. Silmy optimistis, proses IPO anak usaha KRAS dapat berjalan lancar walau terdapat ketidakpastian pandemi Covid-19 maupun kondisi ekonomi nasional. Hal ini mengingat Subholding Sarana Infrastruktur KRAS diklaim memiliki kinerja yang baik sehingga layak IPO. “Kami tidak ada kekhawatiran,” imbuhnya. Dalam catatan Kontan.co.id, keempat entitas anak KRAS ini menyumbang pendapatan sekitar US$ 237 juta dengan
earning before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sebesar US$ 71 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari