JAKARTA. Berikut adalah sejumlah isu penting yang harus disimak hari ini: - Keputusan the Fed The Federal Reserve mengambil keputusan penting pada pertemuan dua harinya yang berakhir Rabu (18/12). Yakni, memangkas nilai stimulus (tapering off) dari sebelumnya US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan. Hal ini menandakan bahwa perekonomian AS mulai pulih dari resesi terburuk sejak 1930 silam."Seiring dengan kemajuan yang signifikan dan outlook di pasar tenaga kerja yang positif, komite memutuskan untuk mengurangi nilai pembelian aset," jelas the Federal Open Market Committee di Washington. Nantinya, pembelian aset the Fed akan terbagi menjadi dua, yakni: US$ 40 miliar untuk membeli surat utang AS dan US$ 35 miliar untuk membeli obligasi kredit perumahan yang akan dimulai Januari. - Pajak reksadana terancam naik Penundaan kenaikan pajak reksadana beraset dasar obligasi masih belum pasti. Hingga kini, revisi atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi, tak kunjung keluar. Revisi beleid itu merupakan dasar penundaan pajak atas bunga obligasi yang menjadi aset dasar reksadana.Bila revisi beleid itu belum keluar, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pun siap mengimplementasikan tarif pajak reksadana 15% di tahun depan. Kepala Divisi Jasa Kustodian KSEI Gusrinaldi Akhyar bilang, implementasi tarif pajak tersebut mulai pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo 2 Januari 2014 dan record date 23 Desember 2013.Dengan demikian, tarif pajak reksadana per 23 Desember 2013 di CBest KSEI disesuaikan menjadi 15%. "Penghitungan akan dilakukan secara proporsional untuk masa kepemilikan reksadana tahun 2013 dengan tarif pajak 5% dan tahun 2014 dengan tarif pajak 15%," ujar Gusrinaldi Akhyar, Selasa (17/12). KSEI memberlakukan tarif pajak ini bila hingga 31 Desember 2013 pemerintah belum menerbitkan revisi beleid tersebut.- Posisi rupiah Rupiah terus tertekan menjelang pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC), Kamis ini (19/12). Di pasar spot, Rabu (18/12), USD/IDR menguat 0,35% menjadi 12.168, yang merupakan level tertinggi sepanjang lima tahun ini. Sedangkan, di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup melemah 0,38% menjadi 12.151 dibanding sehari sebelumnya.Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri mengatakan, pelemahan rupiah masih dari sentimen isu tapering dari FOMC. "Investor masih wait and see apakah terjadi tapering atau tidak. Hari ini baru bisa dipastikan apakah tapering akan dilakukan Desember atau tahun depan," ujar Reny.Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena pasar mengantisipasi keputusan The Fed. "Bahkan jika The Fed menunda, ada ekspektasi tapering pada Januari-Maret tahun depan. Sehingga masih ada risiko tekanan rupiah," kata Albertus.Arah rupiah, hari ini, masih tergantung pada keputusan Federal Reserve. Albertus memprediksi, rupiah akan bergerak di kisaran 12.100-12.255, hari ini. Reny memproyeksikan, kurs rupiah akan bergerak di 11.900-12.150.- Posisi IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,33% ke level 4.196,28 pada perdagangan Rabu (18/12). Investor asing membukukan pembelian bersih Rp 280,4 miliar. Gerak IHSG ini searah dengan indeks MSCI Asia Pasifik yang baik 0,7% ke level 138,52.Purwoko Sartono, Analis Panin Sekuritas mengatakan, kenaikan indeks terjadi di tengah aksi wait and see investor hingga keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed hari ini. Beberapa indikator menunjukkan akan ada tapering, seperti angka pengangguran yang terus membaik ke level 7%, penjualan ritel yang kuat, dan penjualan rumah yang tumbuh meski mortgate rate naik.Namun, ada faktor lain yang masih menunjukkan potensi berlanjutnya stimulus seperti angka inflasi masih di bawah target stimulus 2,5% sedangkan inflasi yg rilis kemarin baru 1,7% yoy, dan target pengangguran 6,5%. "Jadi fokus investor hari ini akan mengarah pada hasil sidang The Fed," jelasnya.- Posisi Wall Street
Siap menyimak lima isu penting hari ini?
JAKARTA. Berikut adalah sejumlah isu penting yang harus disimak hari ini: - Keputusan the Fed The Federal Reserve mengambil keputusan penting pada pertemuan dua harinya yang berakhir Rabu (18/12). Yakni, memangkas nilai stimulus (tapering off) dari sebelumnya US$ 85 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan. Hal ini menandakan bahwa perekonomian AS mulai pulih dari resesi terburuk sejak 1930 silam."Seiring dengan kemajuan yang signifikan dan outlook di pasar tenaga kerja yang positif, komite memutuskan untuk mengurangi nilai pembelian aset," jelas the Federal Open Market Committee di Washington. Nantinya, pembelian aset the Fed akan terbagi menjadi dua, yakni: US$ 40 miliar untuk membeli surat utang AS dan US$ 35 miliar untuk membeli obligasi kredit perumahan yang akan dimulai Januari. - Pajak reksadana terancam naik Penundaan kenaikan pajak reksadana beraset dasar obligasi masih belum pasti. Hingga kini, revisi atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Obligasi, tak kunjung keluar. Revisi beleid itu merupakan dasar penundaan pajak atas bunga obligasi yang menjadi aset dasar reksadana.Bila revisi beleid itu belum keluar, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pun siap mengimplementasikan tarif pajak reksadana 15% di tahun depan. Kepala Divisi Jasa Kustodian KSEI Gusrinaldi Akhyar bilang, implementasi tarif pajak tersebut mulai pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo 2 Januari 2014 dan record date 23 Desember 2013.Dengan demikian, tarif pajak reksadana per 23 Desember 2013 di CBest KSEI disesuaikan menjadi 15%. "Penghitungan akan dilakukan secara proporsional untuk masa kepemilikan reksadana tahun 2013 dengan tarif pajak 5% dan tahun 2014 dengan tarif pajak 15%," ujar Gusrinaldi Akhyar, Selasa (17/12). KSEI memberlakukan tarif pajak ini bila hingga 31 Desember 2013 pemerintah belum menerbitkan revisi beleid tersebut.- Posisi rupiah Rupiah terus tertekan menjelang pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC), Kamis ini (19/12). Di pasar spot, Rabu (18/12), USD/IDR menguat 0,35% menjadi 12.168, yang merupakan level tertinggi sepanjang lima tahun ini. Sedangkan, di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup melemah 0,38% menjadi 12.151 dibanding sehari sebelumnya.Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri mengatakan, pelemahan rupiah masih dari sentimen isu tapering dari FOMC. "Investor masih wait and see apakah terjadi tapering atau tidak. Hari ini baru bisa dipastikan apakah tapering akan dilakukan Desember atau tahun depan," ujar Reny.Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena pasar mengantisipasi keputusan The Fed. "Bahkan jika The Fed menunda, ada ekspektasi tapering pada Januari-Maret tahun depan. Sehingga masih ada risiko tekanan rupiah," kata Albertus.Arah rupiah, hari ini, masih tergantung pada keputusan Federal Reserve. Albertus memprediksi, rupiah akan bergerak di kisaran 12.100-12.255, hari ini. Reny memproyeksikan, kurs rupiah akan bergerak di 11.900-12.150.- Posisi IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,33% ke level 4.196,28 pada perdagangan Rabu (18/12). Investor asing membukukan pembelian bersih Rp 280,4 miliar. Gerak IHSG ini searah dengan indeks MSCI Asia Pasifik yang baik 0,7% ke level 138,52.Purwoko Sartono, Analis Panin Sekuritas mengatakan, kenaikan indeks terjadi di tengah aksi wait and see investor hingga keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed hari ini. Beberapa indikator menunjukkan akan ada tapering, seperti angka pengangguran yang terus membaik ke level 7%, penjualan ritel yang kuat, dan penjualan rumah yang tumbuh meski mortgate rate naik.Namun, ada faktor lain yang masih menunjukkan potensi berlanjutnya stimulus seperti angka inflasi masih di bawah target stimulus 2,5% sedangkan inflasi yg rilis kemarin baru 1,7% yoy, dan target pengangguran 6,5%. "Jadi fokus investor hari ini akan mengarah pada hasil sidang The Fed," jelasnya.- Posisi Wall Street