WASHINGTON. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) mempertimbangkan kenaikan tingkat suku bunga acuan dan mengurangi stimulus lagi (tapering off) menyusul sentimen positif pemulihan pasar tenaga kerja AS. Data angka pengangguran AS yang menurun dari 7,3% menjadi 6,2% merupakan indikator bahwa perekonomian AS mulai membaik. The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol sejak Desember 2008 dan mengisyaratkan tidak ada perubahan hingga tahun depan. Sebelumnya, The Fed memperkirakan, kenaikan suku bunga acuan menjadi 0,5% baru terjadi pada Juni 2015. Namun, kenaikan suku bunga acuan akan lebih cepat daripada prediksi sebelumnya.
Para pembuat keputusan pada umumnya setuju bahwa pemulihan angka pengangguran AS lebih cepat daripada apa yang diharapkan. "Komite secara keseluruhan telah mulai mengubah sikapnya. The Fed bergerak lebih dekat untuk menaikkan suku bunga," ujar Paul Dales, ekonom Capital Economics, London seperti dikutip Reuters. Para pembuat kebijakan The Fed menggunakan data-data ekonomi seperti angka pengangguran, pasar tenaga kerja, upah pekerja, inflansi dan indeks harga konsumen dalam menentukan suku bunga acuan. Data Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan, penghasilan per jam rata-rata naik 2% pada Juli tahun ini dari periode sama tahun lalu. Angka non farm pay rolls meningkat menjadi 230.000 per bulan ketimbang saat resesi (2004-2007) sebesar 162.000. Kegiatan ekonomi AS mulai rebound pada kuartal kedua dan menjaga inflasi di bawah 2%. Di bulan Juli 2014, indeks harga konsumen naik 2% year on year (yoy). Kendati demikian, kenaikan ini relatif lebih rendah dibandingkan posisi peningkatan di bulan Juni mencapai 2,1%. Janet Yellen, Gubernur The Fed menyatakan, The Fed akan memakai data terbaru sebelum mengambil keputusan. Walau data tenaga kerja membaik, angka pengangguran masih 1% lebih tinggi dari target pejabat The Fed.